Big Cap BEI

Unilever Salip Bank Jago, Emiten IT Salim Masuk 10 Besar

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 June 2021 12:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Mengawali pekan, IHSG terkoreksi tipis 0,18% menyusul masih berlanjutnya sentimen negatif di pasar setelah pekan sebelumnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memperkirakan penaikan suku bunga bisa dilakukan pada 2023, dan memperkirakan inflasi bisa melewati angka 3% pada akhir tahun ini. Pada situasi normal, The Fed menolerir tingkat inflasi sebesar 2%.

Tak cukup dengan itu, kepada CNBC International Presiden The Fed St. Louis Jim Bullard menambahi kecemasan pasar pada Senin, setelah mengatakan bahwa wajar jika The Fed cenderung "hawkish" dan kenaikan suku bunga pertama bisa terjadi secepatnya pada 2022.

Namun pada Selasa (22/6/2021), situasi berbalik setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai pada Agustus 2021 sehingga penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas.

Sentimen positif juga muncul pada Jumat di mana bos The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS yang menyatakan bahwa tekanan inflasi di Negara Adidaya tersebut bersifat temporer, dan pihaknya tidak bakal mengacu pada inflasi tersebut dalam penentuan penaikan Fed Funds Rate.

Dus, kekhawatiran seputar fenomena taper tantrum, yakni pembalikan dana asing ke negara maju karena terhentinya kebijakan moneter longgar AS, agak mereda.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular