
Cuan! Eksekutif Ini Jual Saham Tesla Rp 4 T, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Vice President Tesla Inc, Jerome Guillen, diketahui menjual kepemilikan saham Tesla dengan nilai lebih dari US$ 270 juta atau setara dengan Rp 3,86 triliun (kurs rata-rata 14.300/US$) lewat penjualan opsi saham (stock option) setelah hengkang pada 3 Juni lalu.
Hal itu terungkap dalam laporan yang baru-baru ini ia sampaikan kepada otoritas pasar modal AS, Securities and Exchange Commission (SEC).
Namun tidak disebutkan berapa harga penjualan. Data CNBC mencatat, saham TSLA ditutup pada Senin (21/6) di level US$ 620,83/saham, harganya turun 0,40% dengan kapitalisasi pasar US$ 588 miliar.
Guillen menjadi presiden pabrikan otomotif mobil listrik ini sejak kuartal ketiga 2018. Dia mengawasi semua bisnis otomotif Tesla.
Selama masa jabatannya, perusahaan membuka pabrik pertamanya di Shanghai, memperluas kemitraan pasokan sel baterai dan mulai memproduksi secara massal Tesla Model Y.
Meskipun begitu di era kepemimpinan Guillen, Tesla yang sahamnya tercatat di Bursa Nasdaq AS dengan kode TSLA ini juga berjuang dengan masalah kualitas mobil listriknya.
Bahkan pabrikan mobil listrik yang didirikan crazy rich Elon Musk ini melakukan penarikan kembali atau recall dan kekurangan suku cadang yang secara signifikan membatasi produksi.
Tesla tidak memproduksi kendaraan Model S dan X pada kuartal pertama tahun ini sebelum Guillen resmi digeser dari perannya sebagai Vice President dan kini menduduki jabatan presiden untuk divisi truk (heavy trucking) pada bulan Maret tahun ini.
Pada awal bulan Juni, Guillen pun akhirnya meninggalkan perusahaan, tapi alasan pasti kepergiannya belum diungkapkan.
Dikutip dari CNBC Internasional, menurut Ben Silverman, Direktur Penelitian di InsiderScore, pengajuan ke SEC menunjukkan bahwa Guillen menggunakan hak opsi saham (options) sebanyak 451.118 saham Tesla.
Dia kemungkinan memakai haknya dan menjual saham Tesla dengan nilai setara US$ 274 juta atau sekitar Rp 3,91 triliun.
Setelah transaksi tersebut, Guillen masih memiliki 75.780 stock option tersisa, menurut perkiraan Silverman.
Silverman mengatakan, setiap eksekutif Tesla sebetulnya tidak mendapatkan perlakuan khusus saat mereka resign.
Dalam istilah yang lebih formal, para eksekutif di Tesla punya status at-will employees, yang berati perusahaan dapat memberhentikan dengan berbagai alasan tanpa peringatan, selama alasan tersebut legal, dan tanpa jaminan pesangon atau percepatan perolehan saham tertentu (vesting equity) jika mereka mengundurkan diri atau dipecat.
Vesting atau dikenal sebagai periode holding ini adalah masa dalam menentukan berapa lama seorang karyawan (eksekutif) harus memegang opsi saham sebelum mereka dapat merealisasikannya.
Opsi saham memberi karyawan atau eksekutif di perusahaan hak untuk membeli saham perusahaan itu dengan harga tertentu dalam jangka waktu terbatas.
Silverman mengatakan, penghasilan para eksekutif di perusahaan teknologi seringkali lebih banyak berasal dari perolehan vesting dan melakukan pembelian opsi saham ketimbang mengandalkan dari gaji mereka.
Beberapa rencana kompensasi memungkinkan mereka untuk merealisasikan opsi saham ini hanya setelah memenuhi kriteria tertentu.
NEXT: Apa Alasan Penjualan?
