
Pegangan! Harga Kripto Nyungsep Lagi, Dogecoin Ambruk 25%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto (cryptocurrency) kembali berjatuhan pada perdagangan Selasa (22/6/2021) pagi waktu Indonesia, seiring sentimen negatif masih mendominasi pasar kripto pada hari ini.
Berdasarkan data dari Investing pukul 09:00 WIB, harga Bitcoin merosot 7,43% ke level US$ 32.657,50/koin atau setara dengan Rp 471.470.501/koin, Ethereum ambles 11,18% ke US$ 1.958,37/koin (Rp 28.265.060/koin) Binance Coin ambruk 15,71% ke US$ 281,82/koin (Rp 4.065.670/koin).
Berikutnya Litecoin ambrol 15,5% ke posisi harga US$ 128,83/koin atau setara dengan Rp 1.585.810/koin, Chainlink terjatuh 13,95% ke US$ 18,24/koin (Rp 263.302/koin), Cardano drop 15,38% ke US$ 1,232/koin (Rp 17.785/koin), Ripple melemah 11,95% ke US$ 0,633/koin (Rp 9.146/koin) dan Dogecoin longsor 24,71% ke US$ 0,203/koin (Rp 2.936/koin).
Ambruknya pasar kripto pada pagi hari ini hingga beberapa kripto menyentuh level terendahnya karena adanya sentimen negatif dari China, di mana pemerintah Negeri Panda tersebut semakin tegas dan keras terhadap para penambang kripto, termasuk Bitcoin.
Bank sentral China (People Bank of China/PBoC) pada Senin kemarin mengatakan kepada lembaga keuangan utama untuk berhenti memfasilitasi transaksi mata uang virtual.
"Bank tidak boleh menyediakan produk atau layanan seperti perdagangan, kliring, dan penyelesaian transaksi kripto," kata PBcC dalam sebuah pernyataan.
Mereka juga harus memastikan untuk mengidentifikasi akun modal pertukaran mata uang virtual dan dealer over-the-counter, dan memutuskan tautan pembayaran untuk dana transaksi pada waktu yang tepat.
Bank sentral mencatat tren transaksi menggunakan mata uang virtual dapat diidentifikasi sebagai risiko, karena dapat digunakan untuk transaksi lintas negara secara ilegal, pencucian uang, dan dapat mengancam keberlangsungan ekonomi dan keuangan China.
"Lembaga keuangan dan bank telah sepakat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sejalan dengan pedoman PBoC," katanya kepada CoinDesk.
Sebelum bank sentral China makin tegas menindak segala bentuk transaksi menggunakan kripto menjadi sentimen negatif pada pagi hari ini, kabar dari penutupan penambangan di Sichuan China juga masih menjadi sentimen negatif bagi pasar kripto pada pagi hari ini.
Saat ini banyak tambang Bitcoin di Sichuan ditutup sejak Minggu (20/6/2021) setelah pihak berwenang di provinsi barat daya China memerintahkan penghentian penambangan kripto. Lebih dari 90% kapasitas penambangan bitcoin China diperkirakan akan ditutup.
Bloomberg dan Reuters juga melaporkan perpindahan dari otoritas Sichuan. Perpindahan para penambang di Sichuan mengikuti perkembangan serupa di wilayah Mongolia Dalam dan Yunnan China, serta seruan dari Beijing untuk melarang penambangan kripto di tengah kekhawatiran atas konsumsi energinya yang besar.
Hal ini tampaknya telah menyebabkan penurunan yang signifikan dalam hash rate Bitcoin, yang telah turun tajam pada bulan lalu, menurut data dari Blockchain.com. Diperkirakan 65% penambangan Bitcoin global dilakukan di China.
Proses intensif daya ini telah menimbulkan kekhawatiran yang berkembang atas potensi bahaya lingkungan dari Bitcoin, mulai dari CEO Tesla, Elon Musk hingga Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.
China, tempat sebagian besar penambangan Bitcoin terkonsentrasi sangat bergantung pada tenaga batu bara. April lalu, sebuah tambang batu bara di wilayah Xinjiang banjir dan ditutup, membuat hampir seperempat dari tingkat hash Bitcoin menjadi offline.
Atas kondisi tersebut menyebabkan para penambang kripto di China sering bermigrasi ke tempat-tempat seperti Sichuan, yang kaya akan tenaga air di saat musim hujan.
Lembaga atau badan industri telah dibentuk, seperti Bitcoin Mining Council dan Crypto Climate Accord yang dibentuk dalam rangka mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari proses penambangan dan transaksi kripto.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Tahun Baru Imlek 2023, Apa Kabar Harga Bitcoin Cs?
