
Harga CPO Jatuh 25%, Apa Ini yang Bikin Rupiah Tak Bergairah?

Sebelum pekan lalu, rupiah sebenarnya dalam tren bagus, menguat sejak pertengahan Mei. Tetapi, semua berubah setelah bank sentral AS (The Fed) mengumumkan kebijakan moneter.
Wajar saja arah angina berubah, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell memberikan proyeksi terbarunya mengenai suku bunga di AS, yang tertuang dalam Fed Dot Plot.
Fed Dot Plot menunjukkan 13 dari 18 anggota melihat suku bunga akan dinaikkan pada tahun 2023. 11 diantaranya memproyeksikan dua kali kenaikan masing-masing 25 basis poin menjadi 0,75%.
Proyeksi tersebut menjadi kejutan bagi pasar finansial, sebab pada bulan Maret lalu The Fed memproyeksikan suku bunga baru akan dinaikkan pada 2024.
![]() |
Selain itu, ada 7 anggota yang memproyeksikan suku bunga bisa naik pada tahun 2022.
Dolar AS langsung melesat pascapengumuman tersebut. Sepanjang pekan lalu indeks dolar AS melesat 1,8% ke 92,346, level terkuat sejak awal April, dan rupiah pun tertekan.
Penguatan dolar AS tertahan pada Senin kemarin, sebab pelaku pasar menanti kejelasan terkait tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dari testimoni ketua The Fed, Jerome Powell, tengah malam nanti.
Pada pekan lalu, The Fed tidak menyebutkan mengenai masalah tapering, tetapi menyiratkan sudah mendiskusikan hal tersebut.
Tetapi, jika suku bunga akan dinaikkan lebih cepat dari sebelumnya, artinya tapering juga kemungkinan besar akan lebih cepat, terjadi di semester II tahun ini.
"Jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun 2023, mereka harus mulai melakukan tapering lebih cepat untuk mencapai target tersebut," kata Kathy Jones, kepala fixed income di Charlers Schwab, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (17/6/2021).
"Tapering dalam laju yang moderat kemungkinan akan memerlukan waktu selama 10 bulan, sehingga perlu dilakukan di tahun ini, dan jika perekonomian menjadi sedikit panas, maka suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat lagi," katanya lagi.
Seandainya Powell menyiratkan tapering akan dilakukan di semester II tahun ini, tentunya lebih cepat daru spekulasi pasar sebelumnya di awal tahun depan, maka tren penguatan dolar AS berpeluang berlanjut, dan rupiah berisiko terpukul.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
