Seandainya Pasar Dibuka, Niscaya Rupiah Ngegas!

Tirta, CNBC Indonesia
26 May 2021 09:40
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik libur hari ini Rabu (26/5/2021) karena bertepatan dengan Hari Raya Waisak. Apabila pasar buka besar kemungkinan nilai tukar rupiah bakal dibuka di zona apresiasi. 

Ada beberapa faktor pendukung mengapa rupiah berpeluang menguat. Pertama di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) rupiah untuk berbagai tenor hari ini cenderung menguat dibandingkan dengan posisi jelang penutupan perdagangan kemarin. 

Kurs Rupiah NDF

PeriodeSelasa (25/5/21)Rabu (26/5/21)
1 PekanRp 14.319Rp 14.320
1 BulanRp 14.364Rp 14.338
2 BulanRp 14.421Rp 14.390
3 BulanRp 14.475Rp 14.448
6 BulanRp 14.648Rp 14.612
9 BulanRp 14.799Rp 14.758
1 TahunRp 14.960Rp 14.965
2 TahunRp 15.674Rp 15.597

Kemudian faktor lain yang juga mendukung adalah apresiasi mayoritas mata uang Benua Kuning. Pada pukul 09.00 WIB beberapa mata uang Asia yang menguat di hadapan dolar AS adalah yuan, dolar Hong Kong, rupee, yen, hingga won. 

Di sisi lain indeks dolar yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang lainnya juga berada dalam tren menurun sejak akhir Maret lalu. Kombinasi ketiga faktor ini menjadi katalis positif untuk penguatan rupiah, seandainya pasar memang buka. 

Kemarin, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,17% setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate di level 3,5%. 

Hal tersebut sudah sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia untuk bulan Mei. Sebanyak 10 ekonom dari institusi yang berbeda yang disurvei menunjukkan bahwa BI bakal menahan suku bunga acuan.

Selisih (spread) suku bunga antara AS dan Indonesia yang masih terpaut 350 basis poin serta tingkat inflasi di Indonesia yang masih lebih rendah dibandingkan dengan AS untuk bulan April lalu (1,42% yoy vs 4,2% yoy) seharusnya mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Perbedaan suku bunga yang masih lebih tinggi di Indonesia dengan inflasi yang lebih rendah membuat aset-aset keuangan dalam negeri menjadi lebih menarik. Imbal hasil riil obligasi pemerintah yang menjadi benchmark juga tetap positif.

Hal tersebut mendukung terjadinya aliran modal masuk asing (capital inflow) yang menjadi salah satu motor penggerak rupiah ketika dilihat dari sisi fundamentalnya seperti transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi-nya rapuh.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular