Sad, Rupiah Dilibas Dolar AS & Diganyang Mata Uang Asia Lain

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 March 2021 12:45
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Ilustrasi rupiah dan dolar AS (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja mata uang Tanah Air rupiah terhadap dolar AS kurang apik minggu ini. Begitu juga dengan rupiah terhadap mata uang utama Asia lain dan Eropa. 

Di arena pasar spot nilai tukar rupiah melemah 0,14% dalam sepekan terakhir. Kini untuk US$ 1 dibanderol di Rp 14.400. Sebelumnya pada Rabu (17/3/2021) nilai tukar rupiah sempat melemah ke Rp 14.425/US$. 

Indeks dolar AS menguat 0,26% minggu ini seiring dengan kenaikan imbal hasil nominal obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang tembus rekor tertinggi dalam satu tahun terakhir ke 1,73%.

Mata uang Benua Kuning lainnya cenderung bergerak variatif terhadap dolar AS pada periode yang sama. Ada yang menguat ada yang melemah. Mata uang Asia yang menguat di hadapan greenback antara lain won (Korea Selatan), rupee (India), ringgit (Malaysia), dolar Singapura, yen (Jepang), renminbi (China).

Won berhasil menjadi pemimpin penguatan mata uang Asia terhadap greenback dengan apresiasi sebesar 0,61%. Sementara itu mata uang Asia yang memimpin pelemahan adalah dolar Taiwan dengan koreksi 0,81% dan disusul oleh baht (Thailand) dengan pelemahan 0,46% minggu ini. 

Di hadapan mata uang Asia lainnya, rupiah cenderung melemah. Apalagi terhadap mata uang Asia yang berhasil melibas dolar seperti won, rupee, ringgit, dolar Singapura dan yen rupiah jelas kalah telak. 

Rupiah hanya berhasil menguat terhadap dua mata uang Asia yaitu baht dan dolar Taiwan. Maklum kinerja keduanya anjlok parah minggu ini. Namun terhadap mata uang Benua Biru, rupiah masih bisa selamat. 

Rupiah berhasil menguat 0,23% di hadapan poundsterling dan 0,27% terhadap euro. Kembali maraknya lockdown di negara-negara Eropa dan penghentian penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca menjadi sentimen negatif untuk mata uang Benua Biru. 

Suspensi vakasinasi menggunakan AstraZeneca semakin membebani perekonomian Eropa yang selama ini sudah sekarat akibat pandemi. Apalagi negara tersebut sangat mengandalkan sektor jasa untuk perekonomiannya. 

Di sisi lain jika yield obligasi pemerintah AS terus menguat, maka pasar keuangan akan ikut goyang, tak terkecuali RI. Kenaikan imbal hasil nominal obligasi AS akan memicu terjadinya aliran modal keluar (capital outflow) dari RI. 

Aliran modal keluar ini tentunya akan menekan aset-aset keuangan domestik seperti saham dan surat utang pemerintah. Inilah yang membuat pasar saham goyang dan bergerak dengan volatilitas yang tinggi minggu ini serta yield SBN tenor 10 tahun juga meningkat. 

Adanya capital outflow juga akan membuat rupiah semakin tertekan. Maklum selama ini rupiah masih kecanduan hot money alias aliran modal yang sifatnya sementara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular