Balas Dendam! Drop Nyaris 8%, Kini Harga CPO Merangkak Naik

Tirta, CNBC Indonesia
15 June 2021 12:20
ilustrasi kelapa sawit
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) mulai merangkak naik setelah kemarin ditutup ambles nyaris 8% dalam sehari akibat penurunan harga minyak nabati di berbagai belahan dunia. 

Selasa (15/6/2021), harga kontrak CPO pengiriman Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 1,75% ke RM 3.434/ton. Kemarin, harga kontrak ini ditutup di RM 3.375/ton dan menjadi level terendah sejak 5 Februari 2021. 

Avtar Sandu, manajer komoditas senior di Phillip Futures, dalam sebuah catatan penelitian pada 14 Juni, mengaitkan pelemahan minyak kedelai berjangka baru-baru ini dengan kekhawatiran bahwa persyaratan pencampuran biofuel di Amerika Serikat akan dipotong oleh Badan Perlindungan Lingkungan.

Di sisi lain hujan yang melintasi bagian Midwest Amerika juga dapat meningkatkan pasokan, sehingga membuat harga memang rawan mengalami koreksi.

Beberapa pengamat pasar juga menunjukkan bahwa situasi Covid-19 di India dapat mengurangi permintaan. India adalah importir utama CPO, dan memiliki pengaruh besar pada harga pasarnya.

Anu Das, editor di S&P Global Platts yang juga mendukung pandangan pelemahan permintaan dari India, juga menunjukkan bahwa pasokan dari Malaysia bisa segera meningkat.

"Banyak yang berharap bahwa produksi minyak sawit di Malaysia dapat melebihi ekspektasi karena pembatasan Covid-19 dapat dicabut dan pekerja kembali ke perkebunan, yang kemungkinan akan meningkatkan yield," katanya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Namun, sebagian besar pengamat pasar tidak melihat harga CPO turun terlalu jauh. Aurelia Britsch, kepala komoditas di Fitch Solutions, memperkirakan harga CPO akan berada di rata-rata RM 3.400 per ton tahun ini yang menjadi level tertinggi yang tercatat setidaknya sejak 2000.

"Pasokan minyak sawit telah datang di bawah ekspektasi di Malaysia sejak 2020, karena kekurangan tenaga kerja yang diperparah oleh Covid-19, yang menjaga stok di posisi terendah bertahun-tahun," katanya. "Sementara itu, permintaan impor minyak sawit pulih di banyak pasar yang berbeda ketika ekonomi dibuka kembali."

Di sisi lain Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) juga melaporkan harga minyak nabati global masih terus naik di bulan Mei. Indeks harga minyak nabati rata-rata berada di 174,7 poin di bulan Mei, naik 12,7 poin atau 7,8% secara bulanan dan menandai kenaikan bulanan kedua belas berturut-turut.

Penguatan indeks yang berkelanjutan terutama mencerminkan kenaikan harga minyak kelapa sawit, kedelai dan minyak rapeseed. Kuotasi harga minyak sawit internasional tetap bullish di bulan Mei dan mencapai level tertinggi sejak Februari 2011.

Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan produksi yang lambat di negara-negara Asia Tenggara, bersamaan dengan meningkatnya permintaan impor global, membuat persediaan di negara-negara pengekspor utama pada tingkat yang relatif rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Angin Surga' Berembus dari Swiss, Harga CPO pun Terbang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular