
Jeroan BRI Jadi Induk Pegadaian-PNM: Aset Tembus Rp 1.500 T!

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) akan melaksanakan rencana penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dan rencana penyetoran saham dalam bentuk selain uang (Inbreng) oleh Negara Republik Indonesia selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) perseroan
Dengan dua aksi korporasi ini, maka BBRI akan menjadi pemegang saham mayoritas pada PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM sebagai bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro.
Selanjutnya,BBRI bersama-sama dengan Pegadaian dan PNM akan mengembangkan bisnis melalui pemberian jasa keuangan di segmen ultra mikro sehingga akan berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan perseroan.
Berdasarkan Keterbukaan Informasi yang dipublikasikan Selasa (15/6), manajemen BBRI menyatakan pemerintah bermaksud membentuk Holding Ultra Mikro dengan BBRI sebagai induk dari Pegadaian dan PNM.
Sehubungan dengan itu,BBRI merencanakan Penambahan Modal HMETD dengan keterlibatan Pemerintah di dalamnya melalui HMETD dalam bentuk non tunai.
Berkaitan proses tersebut, Pemerintah akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya (Inbreng) kepada BBRI dalam Pegadaian dan PNM.
Perseroan berencana untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 28.677.086.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp 50, atau mewakili sebanyak-banyaknya 23,25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Pemerintah, selaku pemegang saham pengendali perseroan, dengan kepemilikan saat ini sebesar 56,75%, akan mengambil bagian atas seluruh HMETD yang menjadi haknya dengan melakukan Inbreng atas saham milik Pemerintah dengan mekanisme:
- Inbreng sebanyak 6.249.999 saham Seri B atau mewakili 99,99% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Pegadaian
- Inreng3.799.999 saham Seri B atau mewakili 99,99% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam PNM. Rencana Inbrengini menggunakan basis laporan keuangan konsolidasian historis auditan tanggal 31 Maret 2021.
"Bagian pelaksanaan HMETD yang berasal dari porsi publik/masyarakat akan disetorkan kepada Perseroan dalam bentuk tunai," tulis manajemen BBRI.
Adapun dana hasil rencana PMHMETD setelah dikurangi seluruh biaya emisi akan digunakan untuk pembentukan holding BUMN ultra mikro, yang dilakukan melalui penyertaan saham perseroan dalam Pegadaian sebesar 6.249.999 saham Seri B atau mewakili 99,99% modal ditempatkan dan disetor Pegadaian.
Sementara sisanya untuk PNM sebesar 3.799.999 saham Seri B atau mewakili 99,99% modal ditempatkan dan disetor PNM, sebagai hasil Inbreng saham Pemerintah.
Selebihnya, dana rights issue digunakan sebagai modal kerja Perseroan dalam rangka pengembangan ekosistem ultra mikro, serta bisnis mikro dan kecil.
Dengan adanya aksi korporasi ini, aset BBRI berpotensi untuk melejit kencang.
Per Q1 2021 saat ini aset BBRI tercatat sebesar Rp 1.411 triliun nantinya pascaaksi korporasi aset BBRI tercatat akan melejit ke angka Rp 1.515 triliun atau kenaikan sebesar 7,37%.
Sedangkan dari sisi liabilitas, walaupun bertambah, secara nominal tentunya tidak sebesar penambahan aset.
Per kuartal pertama 2021 tercatat BBRI memiliki liabilitas sebesar Rp 1.216 triliun sedangkan pasca rights issue nantinya liabilatas akan naik 6% menjadi menjadi 1.289 triliun.
Kenaikan aset dan liabilitas ini tentunya akan menyebabkan ekuitas BBRI bertambah pasca HMETD di mana ekuitas per akhir Maret 2021 berada di angka Rp 191 triliun menjadi Rp 226 triliun atau kenaikan 18,32%.
Nantinya setelah aksi korporasi ini laba bersih perseroan akan meningkat pesat dari posisi Q1 2021 di angka Rp 7 triliun menjadi Rp 8 triliun atau melesat 14%. Apabila disetahunkan nantinya BBRI akan mampu mencetak laba Rp 32 triliun per tahun, melejit 72% dari posisi tahun lalu di angka Rp 18,65 triliun.
Bahkan nantinya aset dan ekuitas BBRI pasca rights issue berpotensi untuk kembali meningkat mengingat adanya potensi pemegang saham publik juga akan turut menyetorkan modal dalam bentuk dana segar.
Perhitungan ini juga sudah dihitung oleh KAP PSS (firma anggota Ernst & Young Global Limited).
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham