Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun pelemahan rupiah relatif terbatas karena dolar AS juga sedang galau.
Pada Senin (14/6/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.190 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis hampir flat di 0,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sepanjang sepekan kemarin, rupiah menguat 0,71% terhadap dolar AS secara point-to-point. Dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.200, dan rupiah sukses menjadi yang terbaik di Asia.
Pagi ini, dolar AS sedang bingung menentukan arah. Pada pukul 07:40 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,02%.
Masa depan dolar AS akan ditentukan di rapat bulanan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang hasilnya akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Mengutip CME FedWactch, peluang suku bunga acuan tetap bertahan di 0-0,25% sangat tinggi yaitu 97%.
 Sumber: CME FedWatch |
Halaman Selanjutnya --> Dolar AS Terjepit
Bukan cuma suku bunga yang dinanti oleh pasar. Investor juga menunggu kepastian soal program pembelian surat berharga oleh The Fed alias quantitative easing. Sebab, sudah muncul omongan bahwa quantitative easing akan dikurangi dari yang saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan.
"Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Namun mungkin sekarang saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar," ungkap Patrick Harker, Presiden The Fed Philadephia, belum lama ini, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kalau petunjuk soal pengurangan quantitative easing semakin jelas dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) minggu ini, maka akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Pengurangan quantitative easing akan membuat pasokan dolar AS tidak sebanyak sekarang, relatif lebih terbatas. Ini tentu membuat 'harga' dolar AS naik.
Akan tetapi, masalahnya belum tentu The Fed akan mengumumkan pengetatan kebijakan alias tapering off bulan ini. Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters terhadap 50 ekonom/analis, pengumuman sepertinya akan terjadi pada Agustus atau September 2021 dan tapering baru benar-benar dilakukan pada awal 2022.
 Sumber: Reuters |
"Kami memperkirakan petunjuk yang terang-benderang baru akan terlihat di simposium Jackson Hole. Dalam acara ini, kami memperkirakan The Fed akan mengungkapkan bahwa mereka berdiskusi soal pengurangan quantitative easing.
"Ini kemudian berlanjut di rapat FOMC September, empat minggu setelah Jackson Hole. Di titik ini, kami menilai The Fed sudah meminta pasar untuk bersiap-siap karena tapering secara resmi akan dimulai dalam rapat FOMC Desember," papar James Knightley, Chief International Economist ING, seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat dolar AS galau menentukan arah. Di satu sisi ada kemungkinan The Fed mulai memberi kisi-kisi soal tapering off, tetapi di sisi lain ada pandangan sepertinya rapat FOMC minggu ini belum mengarah ke sana.
TIM RISET CNBC INDONESIA