Sukses Gebuk Dolar AS Pekan ini, Rupiah Berjaya

Tirta, CNBC Indonesia
12 June 2021 08:00
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berhasil memukul mundur dolar AS sepekan terakhir. Di hadapan greenback mata uang Tanah Air berhasil terapresiasi sebesar 0,71%. Kini rupiah sudah berada di bawah Rp 14.200/US$. 

Pada perdagangan terakhir minggu ini (11/6/2021) rupiah ditutup menguat 0,4% terhadap dolar AS di Rp 14.188/US$. Akhir pekan lalu rupiah tercatat masih mendekati Rp 14.300/US$. 

Penguatan rupiah didukung oleh rilis data ekonomi Indonesia yang menunjukkan sinyal perbaikan ekonomi. Di minggu ini ada tiga rilis data ekonomi penting yaitu cadangan devisa bulan Mei, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei dan penjualan ritel April.

Untuk cadangan devisa bulan Mei mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan perkiraan konsensus. Sementara IKK dan penjualan ritel terpantau naik.

Cadangan devisa Indonesia tercatat mengalami penurunan sebesar US$ 2,4 miliar dari level tertingginya sepanjang masa ke US$ 136,4 miliar. Bank Indonesia (BI) menyebut penurunan cadangan devisa diakibatkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Meskipun turun, cadangan devisa RI masih di atas standard kecukupan internasional dan mendukung sektor eksternal serta stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan domestik. Tingginya cadangan devisa membuat BI punya cukup amunisi untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Beralih ke IKK, konsumen mulai optimis dalam memandang perekonomian domestik. Angka IKK naik 2,9 poin menjadi 104,4 dan menjadi pembacaan tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Peningkatan sentimen konsumen juga didukung dengan data penjualan ritel yang meningkat. Setelah 16 bulan tiarap, penjualan ritel Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 15,6% pada April setelah terkontraksi 14,6% di bulan sebelumnya.

Data-data tersebut semakin mengukuhkan bahwa perekonomian Indonesia berada dalam jalur pemulihannya. Tak berlebihan pula jika pada kuartal kedua PDB Indonesia diramal tumbuh positif. Ini menjadi katalis positif untuk aset-aset berisiko.

Namun investor kini juga terus mencermati dua faktor yang menjadi ancaman bagi pasar keuangan domestik. Pertama adalah kenaikan kasus Covid-19. Kasus infeksi harian terus naik sejak minggu ketiga bulan lalu. Beberapa hari terakhir kasus baru yang dilaporkan mencapai angka 8.000 per hari.

Peningkatan kasus Covid-19 menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang belakangan ini sedang bersemi.

Faktor kedua yang juga patut dicermati adalah sentimen terkait pengurangan stimulus oleh bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) yang dikenal dengan sebutan tapering. Adanya tapering berpotensi membuat capital outflow terjadi dari negara emerging market. Akibatnya rupiah bisa tertekan.


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular