IHSG Sepekan

Happy Weekend! IHSG Naik & Asing Borong 3 Saham Big Cap ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 June 2021 07:40
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rilis data ekonomi Indonesia yang bagus cukup membantu kinerja aset ekuitas dalam negeri. Dalam seminggu terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan apresiasi sebesar 0,5%. 

Investor asing tercatat kembali masuk ke bursa saham domestik. Di pasar reguler asing beli bersih sebesar Rp 474,74 miliar. Sementara di pasar negosiasi dan tunai ada transaksi senilai Rp 2,19 triliun sehingga total net buy asing di seluruh pasar mencapai Rp 2,66 triliun. 

Tiga saham big cap yang paling banyak diborong oleh asing adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Asing beli bersih BBCA senilai Rp 626,2 miliar. Namun harga sahamnya justru melemah 1,67%. 

Bernasib sama dengan BBCA, saham emiten BUMN PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga terkoreksi meski diborong asing. Investor asing tercatat beli bersih saham TLKM senilai Rp 387,4 miliar. 

Terakhir ada saham PT Astra International Tbk (ASII) yang dikoleksi asing sebesar Rp 225,5 miliar. Berbeda dengan dua saham big cap lain, saham ASII justru mencatatkan apresiasi sebesar 0,96%. 

Di minggu ini ada tiga rilis data ekonomi penting yaitu cadangan devisa bulan Mei, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei dan penjualan ritel April. Untuk cadangan devisa bulan Mei mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan perkiraan konsensus. Sementara IKK dan penjualan ritel terpantau naik.

Cadangan devisa Indonesia tercatat mengalami penurunan sebesar US$ 2,4 miliar dari level tertingginya sepanjang masa ke US$ 136,4 miliar. Bank Indonesia (BI) menyebut penurunan cadangan devisa diakibatkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. 

Beralih ke IKK, konsumen mulai optimis dalam memandang perekonomian domestik. Angka IKK naik 2,9 poin menjadi 104,4 dan menjadi pembacaan tertinggi sejak Maret tahun lalu. 

Peningkatan sentimen konsumen juga didukung dengan data penjualan ritel yang meningkat. Setelah 16 bulan tiarap, penjualan ritel Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 15,6% pada April setelah terkontraksi 14,6% di bulan sebelumnya. 

Data-data tersebut semakin mengukuhkan bahwa perekonomian Indonesia berada dalam jalur pemulihannya. Tak berlebihan pula jika pada kuartal kedua PDB Indonesia diramal tumbuh positif. Ini menjadi katalis positif untuk aset-aset berisiko seperti saham. 

Namun investor kini juga terus mencermati dua faktor yang menjadi ancaman bagi pasar keuangan domestik. Pertama adalah kenaikan kasus Covid-19. Kasus infeksi harian terus naik sejak minggu ketiga bulan lalu. Beberapa hari terakhir kasus baru yang dilaporkan mencapai angka 8.000 per hari. 

Peningkatan kasus Covid-19 menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang belakangan ini sedang bersemi. 

Faktor kedua yang juga patut dicermati adalah sentimen terkait pengurangan stimulus oleh bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) yang dikenal dengan sebutan tapering. Adanya tapering berpotensi membuat capital outflow terjadi dari negara emerging market. Akibatnya pasar keuangan bisa goyang. 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular