
IHSG Berakhir Merah Akhir Pekan, Asing Borong 4 Saham Big Cap

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti pada pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pekan ini dengan ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (11/6/2021). Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup melemah 0,2% ke level 6.095,49.
IHSG sempat dibuka hijau namun terus melemah dan akhirnya terpaksa keluar dari zona psikologis 6.100.
Tercatat 234 saham naik, 257 saham turun, dan sisanya yakni 159 saham flat. Nilai transaksi hari ini kembali naik menjadi Rp 13,9 triliun.
Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 552 miliar di pasar reguler. Di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat memborong saham cukup besar, yakni sebesar Rp 2,1 triliun, sehingga jika dijumlahkan, maka net buy asing hari ini mencapai Rp 2,6 triliun.
Beberapa saham big cap masih menjadi incaran aksi beli investor asing hari ini. Adapun saham-saham big cap tersebut yakni saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan saham big cap yang masih tergolong baru, yakni saham PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Selain memborong empat saham big cap, asing juga tercatat memborong beberapa saham emiten pertambangan batu bara, yakni saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan saham PT Harum Energy Tbk (HRUM)
Berikut saham-saham yang diborong oleh investor asing pada hari ini.
Namun sayangnya, asing yang memborong empat saham big cap dan dua saham batu bara tak dapat mendorong IHSG untuk berakhir di zona hijau. Asing juga tercatat melego beberapa saham, di mana saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang sebelumnya diburu oleh asing, pada hari ini terpaksa harus dilego oleh asing.
Selain itu, saham PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) juga masih dilego oleh asing pada hari ini. Adapun saham-saham yang dilego oleh asing pada hari ini adalah:
Pasar saham di Asia Pasifik cenderung sepi meski indeks S&P 500 di AS mencetak rekor tertinggi baru. Soer ini, kontrak berjangka (futures) indeks saham Amerika Serikat (AS) juga flat di sesi pra-pembukaan (pre-opening).
Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei mencapai angka 5% secara tahunan, menjadi yang tercepat sejak 2008. Inflasi inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi,menguat 3,8% atau yang tercepat dalam 3 dekade.
Kenaikan inflasi tersebut dipengaruhi harga mobil bekas yang naik lebih dari 7%, dan menyumbang sepertiga pertumbuhan IHG, menurut BLS. Kenaikan ini merupakan fenomena sesaat terkait dengan pandemi dan suplai mobil bekas.
Angka ini jauh di atas polling ekonom oleh Dow Jones yang mengestimasikan angka 4,7%. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebelumnya memperkirakan kenaikan inflasi tidak akan terjadi secara permanen, karena hanya ditopang oleh stimulus.
Di sisi lain, klaim tunjangan pengangguran baru per pekan lalu mencapai 376.000 unit, atau mirip dengan estimasi Dow Jones sebesar 370.000. Ini masih merupakan level yang terendah di era pandemi.
"Dari data yang ada, kontribusi kuat muncul dari sektor yang pulih cepat sejak pembatasan sosial terkait pandemi dilonggarkan," tutur Charlie Ripley, perencana investasi senior Allianz Investment Management, seperti dikutip CNBC International.
Hal tersebut, lanjut dia, membuktikan bahwa tekanan inflasi tidak berlangsung lama melainkan disumbang sektor yang terkait dengan arus suplai barang yakni mobil dan truk.
Ekonom dalam polling Reuters memperkirakan The Fed baru mengumumkan pengurangan pembelian obligasi di pasar pada Agustus atau September, dan diikuti pemangkasan pembelian obligasi awal 2022.
Dari Eropa, Inggris melaporkan pertumbuhan ekonomi 2,3% secara bulanan pada April, atau lebih baik dari ekspektasi. Meski demikian, angka tersebut masih 3,7% di bawah level pra-pandemi pada Februari 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT