IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 January 2022 16:14
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa (11/1/2022). Penurunan ini terjadi di tengah merebaknya infeksi virus corona (Covid-19) varian campuran yakni varian Delta dengan Omicron atau yang disebut varian Deltacron.

Indeks ditutup terkoreksi 0,64% ke level 6.647,97. Pada awal perdagangan sesi pertama hari ini, IHSG sempat menguat dan juga sempat menembus level psikologisnya di 6.700. Namun selang sekitar satu jam setelah dibuka, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga akhir perdagangan sore ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada hari ini cenderung naik menjadi Rp 13 triliun. Sebanyak 315 saham menguat, 426 saham melemah, dan 125 saham stagnan. Investor asing tercatat kembali melakukan pembelian bersih (net buy) hingga sebesar Rp 1,12 triliun.

Asing tercatat kembali mengoleksi empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) di atas Rp 100 triliun, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Selain itu, asing juga memburu saham emiten transmisi dan distribusi gas bumi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan saham emiten konsumer Grup Salim yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Berikut saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini.

Net Buy Asing

Sementara itu dari penjualan bersih, asing tercatat masih melepas saham e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Selain itu, asing juga melepas saham emiten telekomunikasi yakni PT Indosat Tbk (ISAT), dan saham emiten bank mini PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA).

Asing juga melepas saham emiten penyiaran berbayar Grup MNC yakni PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) dan saham emiten pertambangan nikel yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini adalah:

Net Sell Asing

Melihat bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ambrol dan imbal hasil (yield) surat berharga pemerintah AS (Treasury) yang terus meningkat di tengah peluang normalisasi kebijakan The Fed, tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan Asia dan Indonesia.

Pasar kemungkinan pun diprediksi turut merasakan gejolak pada perdagangan hari ini. Risiko lain juga datang dari perkembangan Covid-19.

Belum juga varian Omicron tuntas, ilmuwan kembali menemukan varian baru Covid-19 yang memiliki karakteristik seperti Omicron dan Delta sehingga disebut sebagai Deltacron. Varian ini ditemukan di Siprus dan sudah ada 25 kasus.

"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta dan kami menemukan strain ini yang merupakan kombinasi dari keduanya," kata peneliti, Profesor Ilmu Biologi Universitas Siprus Leondios Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan TV lokal, Sigma.

Terkait apakah lebih berbahaya atau tidak, peneliti masih harus melakukan penelitian dan mengumpulkan lebih banyak bukti dan data untuk mengambil konklusi.

Sementara itu dari dalam negeri, sentimen datang dari dunia tambang batu bara. Setelah memberlakukan larangan ekspor sejak awal Januari, akhirnya Indonesia memutuskan untuk membuka keran ekspor si batu hitam.

Awalnya larangan ekspor tersebut disebabkan karena stok batu bara PT PLN (Persero) yang rendah sehingga diharapkan para produsen fokus untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Namun seiring dengan membaiknya kondisi stok di perusahaan setrum negara tersebut, akhirnya pemerintah mulai mengizinkan 14 kapal vessel pengangkut batu bara untuk diekspor sebagaimana disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

"Mulai hari ini, setelah melihat kondisi pasokan di PLN yang jauh lebih baik, 14 kapal yang sudah terisi penuh batu bara dan sudah dibayar pembeli, bisa langsung dilepas untuk ekspor," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam sebuah pernyataan.

Terhitung sejak larangan ekspor diberlakukan harga batu bara acuan global terpantau mengalami kenaikan lebih dari 10% dan sempat tembus US$ 180/ton hanya dalam waktu sepekan.

Namun dengan adanya pelonggaran ekspor yang dilakukan oleh Pemerintah seperti sekarang ini, harga batu bara cenderung akan kembali turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Cerah Lagi, Asing Borong 4 Saham Bank Big Cap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular