Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah benar-benar berkuasa pekan ini. Tidak hanya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah juga sukses menaklukkan seluruh mata uang utama Asia-Eropa.
Sepanjang pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,71% secara point-to-point. Penguatan rupiah membawa mata uang Negeri Paman Sam berada di bawah Rp 14.200. Apresiasi 0,71% membuat rupiah secara sah dan meyakinkan jadi yang terbaik di Benua Kuning.
Satu lawan satu di hadapan mata uang utama Asia, rupiah pun berjaya. Dari yen Jepang hingga peso Filipina, seluruhnya melemah di hadapan mata uang Merah Putih. Rupiah mencatatkan penguatan paling tajam di hadapan rupee India.
Tidak puas sampai di situ, rupiah pun berhasil menekuk tiga mata uang utama Benua Biru. Euro, poundsterling Inggris, dan franc Swiss tidak bisa berbuat banyak di hadapan rupiah. Terhadap sterling, apresiasi rupiah mencapai lebih dari 1%.
Halaman Selanjutnya --> Prospek Ekonomi Indonesia Cerah
Pekan ini, Bank Indonesia (BI) merilis dua data yang membuktikan bahwa perekonomian Ibu Pertiwi mulai bangkit dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pertama adalah data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Pada Mei 2021, IKK berada di 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 101,5 sekaligus menjadi catatan tertinggi sejak Maret 2020. Artinya, secara umum keyakinan konsumen mulai mengarah ke masa sebelum pandemi.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen optimistis memandang perekonomian baik saat ini hingga enam bulan mendatang.
Kedua adalah data penjualan ritel. Penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-month/mtm) dan 15,6% dari April 2020 (year-on-year/yoy).
Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun dan baru terputus.
Pada Mei 2021, penjualan ritel diperkirakan mampu kembali tumbuh positif baik secara bulanan maupun tahunan. BI memperkirakan IPR Mei 2021 sebesar 223,9, naik 1,6% mtm dan 12,9% yoy.
Dua data ini memberi konfirmasi bahwa konsumsi rumah tangga di Tanah Air mulai pulih, meski belum kembali seperti masa sebelum pandemi. Ingat, konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dari sisi pengeluaran. Kontribusinya lebih dari separuh. Saat konsumsi melesat, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bakal terangkat.
Prospek ekonomi yang cerah ini membuat investor tetap berkenan masuk ke pasar keuangan Indonesia. DI pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 2,66 triliun yang mengantar IHSG menguat 0,5% pekan ini.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) per 10 Juni 2021 adalah Rp 978,56 triliun. Melonjak Rp 15,82 triliun dibandingkan posisi sepekan sebelumnya.
Derasnya arus modal ini menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Tidak hanya terhadap dolar AS, tetapi seluruh mata uang Asia-Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA