Juara Asia! Rupiah Sentuh Level Terkuat Sejak Februari

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 June 2021 15:58
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (11/6/2021) hingga menyentuh level terkuat dalam 3,5 bulan terakhir.

Isu tapering (pengurangan pembelian aset oleh bank sentral AS the Fed) yang meredup membuat dolar AS tertekan, sementara rupiah ditopang optimisme bangkitnya perekonomian.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,32% ke Rp 14.200/US$. Setelahnya penguatan rupiah terpangkas hingga tersisa 0,1%. Tetapi tidak lama, rupiah mengganas lagi, menguat hingga 0,42% ke Rp 14.185/US$.

Di akhir perdagangan, rupiah berada di Rp 14.188/US$, menguat 0,4%. Level tersebut merupakan penutupan terkuat sejak 25 Februari lalu.

Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi yang terbaik di Asia hari ini. Hingga pukul 15:13 WIB, hanya yen Jepang dan peso Filipina yang melemah melawan dolar AS.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Mayoritas mata uang utama Asia yang menguat pada hari ini menunjukkan dolar AS yang sedang lesu.

Kemarin, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei mencapai angka 5% secara tahunan. Ini jauh di atas polling ekonom oleh Dow Jones yang mengestimasikan angka 4,7%. Per April lalu, inflasi naik 4,2% menjadi laju tercepat sejak 2008.

Meski demikian, banyak yang berpendapat inflasi tinggi hanya sementara, sehingga The Fed belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat.

Hasil survei dari Reuters terhadap 50 ekonom yang disurvei, sebanyak 26% memperkirakan The Fed akan mengumumkan tapering pada bulan Agustus saat pertemuan Jackson Hole. Kemudian 32% memprediksi pengumuman baru akan dilakukan bulan September, dan 42% memperkirakan setelah September.

"Kami memperkirakan akan mendengar petunjuk lebih jelas pada pertemuan Jackson Hole jika The Fed mulai membahas mengenai tapering dan akan semakin berkembang di bulan September saat rapat kebijakan moneter," kata James Knightley, kepala ekonom internasional di ING, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (11/6/2021).

Kemudian, survei yang sama menunjukkan 58% atau 26 dari 45 ekonom memperkirakan tapering akan mulai dilakukan pada kuartal I-2021.

Sementara untuk besarnya, The Fed diperkirakan akan mengurangi QE sebesar US$ 20 miliar dari US$ 120 miliar per bulan.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tapering Meredup, Rupiah Melesat

Tapering pernah terjadi pada tahun 2013 lalu yang memicu gejolak di pasar finansial global atau yang disebut taper tantrum. Rupiah saat itu menjadi korban taper tantrum, mengalami pelemahan hingga 50% sejak pertengahan Mei 2013 hingga akhir 2015.

Dengan meredupnya isu tapering, rupiah yang dalam beberapa hari terakhir stagnan dan menguat tipis mampu melesat pada hari ini.

Selain itu, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell kali ini akan berusaha menghindari taper tantrum. Salah satu pemicu taper tantrum pada 2013 adalah pengumuman tapering yang mengejutkan pasar. Artinya pasar belum mengantisipasi hal tersebut.

Kali ini, The Fed akan berusaha terus memberikan update mengenai kebijakan moneter yang akan diambil, sehingga pasar lebih siap menghadapi tapering.

Di sisi lain, rupiah bertenaga akibat muncul optimisme Indonesia akan lepas dari resesi yang muncul sejak pekan lalu, ketika data menunjukkan ekspansi sektor manufaktur berada di rekor tertinggi sepanjang sejarah, serta inflasi yang menunjukkan kenaikan.

Kemudian berlanjut lagi di pekan ini. Pada hari Rabu data menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.

Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini. Apalagi BI kemarin melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular