Wow Salip GoTo! Taksi Ojol Ini Mau IPO di Bursa Wall Street

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 June 2021 10:12
Dok DiDi Chuxing
Foto: Dok DiDi Chuxing

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan raksasa ride-hailing asal China DiDi Chuxing mengajukan penawaran kepada United States Securities and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa AS untuk mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) atau go public. 

Proposal yang diajukan pada Rabu (9/6) dinilai akan menjadi salah satu IPO perusahaan teknologi terbesar tahun ini, dan memposisikan pemegang saham terbesarnya yakni Uber dan SoftBank meraup cuan besar.

Situs resmi Renaissance Capital mencatat bahwa operator aplikasi taksi terbesar di China itu mengajukan kepada SEC untuk mengumpulkan dana hingga US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,43 triliun.

"Namun, ini kemungkinan merupakan pengganti untuk kesepakatan yang kami perkirakan dapat menghasilkan angka senilai US$ 10 miliar [atau Rp 143 triliun]," tulis tim Renaissance Capital, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (11/6/2021).

Perusahaan tersebut menyatakan bahwa DiDi adalah platform teknologi mobilitas terbesar di dunia , menyediakan berbagai layanan mobilitas, termasuk ride hailing, taxi hailing, dan bentuk mobilitas bersama lainnya.

DiDi beroperasi di hampir 4.000 kota, kabupaten, dan kota di 15 negara, melayani lebih dari 493 juta pengguna aktif secara tahunan dan menggerakkan 41 juta transaksi harian rata-rata selama 12 yang berakhir pada 31 Maret 2021.

Perusahaan yang berbasis di Beijing, China ini didirikan pada 2012 dan membukukan pendapatan US$ 25,6 miliar atau Rp 366 triliun untuk 12 bulan yang berakhir pada 31 Maret 2021.

Perusahaan tersebut berencana untuk mencatatkan sahamnya di NYSE (New York Stock Exchange) atau Bursa Nasdaq di bawah simbol atau kode saham DIDI.

Xiaoju Kuaizhi (nama perusahaan DiDi Chuxing) mengajukan secara rahasia dokumen kepada SEC pada 9 April 2021. Goldman Sachs (Asia), Morgan Stanley, J.P. Morgan, dan China Renaissance menjadi joint bookrunners dalam kesepakatan itu. Namun tidak ada ketentuan harga saham yang diungkapkan.

CNBC International melaporkan, DiDI melaporkan pendapatan senilai US$ 21,6 miliar atau Rp 309 triliun pada tahun lalu. Perusahaan taksi ojol (taksi online) ini membukukan laba di kuartal terakhir (kuartal I-2021) dengan nilai US$ 6,4 miliar atau Rp 92 triliun.

Secara khusus, perusahaan melaporkan laba bersih sebesar US$ 837 juta sebelum pembayaran tertentu kepada pemegang saham, dan laba bersih komprehensif sebesar US$ 95 juta untuk kuartal terakhir tersebut.

Uber memiliki 12,8% saham di perusahaan setelah menjual bisnis transportasi online ke DiDi pada 2016, sementara Vision Fund SoftBank memegang 21,5%.

Pada periode 2019 dan 2020, pendapatan Didi menyusut hampir 10% karena pandemi Covid-19 melanda China tahun lalu.

Namun, sebelum pandemi, pendapatan tumbuh 11% antara 2018 dan 2019. Selain itu, pendapatan telah rebound kembali di kuartal pertama karena pemulihan pandemi Covid-19 berjalan lancar, dengan pertumbuhan 107% di Q1 dari kuartal tahun sebelumnya.

Nilai kapitalisasi DiDi baru-baru ini mencapai US$ 62 miliar setelah putaran penggalangan dana di Agustus, menurut data PitchBook. Selain itu DiDi juga didukung oleh raksasa investasi seperti SoftBank, Alibaba, dan Tencent.

Bloomberg melaporkan perusahaan dapat memiliki valuasi mencapai US$ 100 miliar pada saat IPO-nya. Listing tersebut, yang bisa menjadi salah satu debut IPO teknologi terbesar secara global tahun ini, juga menjadi penanda tumbuhnya kembali permintaan untuk perusahaan perjalanan seiring dengan penurunan kasus Covid-19 dan peluncuran vaksin.

Di Indonesia, GoTo, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia juga berencana dual listing atau IPO di dua bursa saham berbeda.

Salah satunya di Bursa Efek Indonesia dan kemungkinan besar informasi dari sejumlah sumber menyatakan IPO GoTo akan mengincar bursa Wall Street AS, bisa NYSE atau Nasdaq.

"Ini mimpi kami yang terpendam lama karena harus diwujudkan karena mimpi kami mitra driver dan merchant, khususnya seluruh pengguna kami bisa jadi pemegang saham kami. Prioritas kami bisa melantai di bursa Indonesia, dual listing, semoga bisa diwujudkan di tahun ini," kata CEO Tokopedia William Tanuwijaya kepada CNBC Indonesia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lebih Gede dari GoTo, Taksi Online Ini Bidik Dana IPO Rp 57 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular