Rupiah Menguat Lagi, Tapi Belum Bisa di Bawah Rp 14.200/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2021 15:25
ilustrasi uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun hijau di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (10/6/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.240. Rupiah menguat 0,15% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Di pasar spot, mata uang Tanah Air juga berjaya. Kala penutupan pasar, US$ 1 dibanderol Rp 14.245 di mana rupiah menguat tipis 0,04%.

Hari ini, rupiah nyaman di jalur hijau. Rupiah sudah menguat 0,07% kala pembukaan pasar dan tidak pernah menyentuh zona merah. Posisi terkuat rupiah ada di Rp 14.215/US$ sementara terlemahnya adalah Rp 14.250/US$.

Namun walau menguat tipis, rupiah masih beruntung karena mayoritas mata uang utama Asia terdepresiasi di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:00 WIB:

Halaman Selanjutnya --> Investor Masih Pasang Mode Wait and See

Investor masih memasang mode wait and see pada perdagangan hari ini. Sesuatu yang dinanti oleh pasar adalah rilis data inflasi AS periode Mei 2021 pada malam ini waktu Indonesia.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu adalah 4,7% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya (year-on-year/yoy). Lebih cepat ketimbang laju bulan sebelumnya yaitu 4,2% yoy dan jika terwujud bakal menjadi yang tercepat sejak September 2008.

Perkembangan inflasi tentu akan menjadi warna dalam pertemuan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) minggu depan. Jika laju inflasi diperkirakan bakal stabil di atas target 2%, maka bukan tidak mungkin The Fed bakal mulai melakukan pengetatan alias tapering off. Suku bunga mungkin tetap bertahan rendah, tetapi gelontoran likuiditas (quantitative easing) kemungkinan bisa dipangkas dari saat ini yang US$ 120 miliar per bulan.

Pengurangan likuiditas akan membuat pasokan dolar AS berkurang. Seperti halnya barang, mata uang pun kalau pasokannya terbatas harga bakal 'naik'.

Persepsi ini sedikit banyak membantu dolar AS untuk tidak jatuh. Pada pukul 14:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%.

Halaman Selanjutnya --> Penjualan Ritel Akhirnya Tumbuh

Akan tetapi, rupiah masih bisa menguat karena topangan sentimen domestik. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-month/mtm) dan 15,6% yoy.

Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun dan baru terputus bulan ini.

"Responden menyampaikan peningkatan kinerja penjualan eceran didorong meningkatnya permintaan selama Ramadan didukung berbagai program potongan harga (diskon). Peningkatan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok komoditas yang disurvei, terutama Subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau serta Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," sebut laporan BI.

Pada Mei 2021, penjualan ritel diperkirakan mampu kembali tumbuh positif baik secara bulanan maupun tahunan. BI memperkirakan IPR Mei 2021 sebesar 223,9, naik 1,6% mtm dan 12,9% yoy.

Prospek ekonomi yang cerah ini membuat investor tetap berkenan masuk ke pasar keuangan Indonesia. Hasilnya, rupiah mampu menguat meski dolar AS masih perkasa.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular