Rupiah Menguat Lagi, Tapi Belum Bisa di Bawah Rp 14.200/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2021 15:25
ilustrasi uang
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Investor masih memasang mode wait and see pada perdagangan hari ini. Sesuatu yang dinanti oleh pasar adalah rilis data inflasi AS periode Mei 2021 pada malam ini waktu Indonesia.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu adalah 4,7% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya (year-on-year/yoy). Lebih cepat ketimbang laju bulan sebelumnya yaitu 4,2% yoy dan jika terwujud bakal menjadi yang tercepat sejak September 2008.

Perkembangan inflasi tentu akan menjadi warna dalam pertemuan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) minggu depan. Jika laju inflasi diperkirakan bakal stabil di atas target 2%, maka bukan tidak mungkin The Fed bakal mulai melakukan pengetatan alias tapering off. Suku bunga mungkin tetap bertahan rendah, tetapi gelontoran likuiditas (quantitative easing) kemungkinan bisa dipangkas dari saat ini yang US$ 120 miliar per bulan.

Pengurangan likuiditas akan membuat pasokan dolar AS berkurang. Seperti halnya barang, mata uang pun kalau pasokannya terbatas harga bakal 'naik'.

Persepsi ini sedikit banyak membantu dolar AS untuk tidak jatuh. Pada pukul 14:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%.

Halaman Selanjutnya --> Penjualan Ritel Akhirnya Tumbuh

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular