Usai Tekor, Investasi Asuransi Jiwa Cuan Rp 2,4 T di Q1

Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 June 2021 19:00
Konfrensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Foto: Konfrensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan pertumbuhan hasil investasi sepanjang kuartal I-2021 mencapai Rp 2,44 triliun. Nilai ini berbanding terbalik dengan kinerja investasi AAJI sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian investasi mencapai Rp 47,83 triliun.

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan perbaikan kinerja investasi AAJI ini menunjukkan mulai terjadinya pemulihan perekonomian setelah tertekan akibat pandemi Covid-19.

"Semua item pendapatan industri asuransi jiwa mengalami peningkatan," kata Budi dalam konferensi pers AAJI, Selasa (8/6/2021).

Untuk itu dari segi aset, jumlah investasi AAJI hingga akhir Maret lalu mengalami peningkatan sebesar 14,1% secara tahunan (year on year/YoY) dari sebelumnya senilai Rp 447,89 triliun menjadi sebesar Rp 511,01 triliun.

Saat ini penempatan investasi industri asuransi jiwa masih dialokasikan pada reksa dana, saham dan obligasi dan sukuk. Diperkirakan dominasi investasi anggota asosiasi ini masih akan berada tiga instrumen tersebut.

"Ada dua alasan kenapa kami tidak memprediksi akan terjadi perubahan arah investasi secara signifikan dalam jangka waktu dekat. Pertama mengutamakan kehati-hatian, kondisi saat ini karena pandemi masih berlangsung dan kesulitan ekonomi akibat pandemi masih ada, sehingga kehati-hatian masih dianut oleh banyak perusahaan asuransi jiwa," jelasnya.

Alasan kedua adalah saat ini anggota AAJI masih menantikan revisi ketentuan investasi asuransi jiwa sehingga bisa ditambahkan pemilihan aset investasi lainnya.

Saat ini AAJI telah menyampaikan masukan tersebut kepada OJK dan masih menantikan kebijakan OJK.

Dari segi pendapatan premi, terjadi pertumbuhan sebesar 28,5% YoY menjadi senilai Rp 57,45 triliun dari sebelumnya senilai Rp 44,72 triliun.

Pertumbuhan ini paling besar disumbang oleh adanya premi bisnis baru yang tumbuh 42,3% YoY dengan total premi mencapai Rp 37,04 triliun, lebih tinggi dari pada pertumbuhan premi lanjutan yang sebesar Rp 9,3% atau menjadi Rp 20,41 triliun.

Sedangkan pendapatan dari klaim reasuransi nilainya mencapai Rp 1,55 triliun, naik 3,6% YoY dari Rp 1,5 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.

Sedangkan pendapatan lainnya mencapai Rp 1,21 triliun, naik 5,7 triliun dari sebelumnya senilai Rp 1,15 triliun.

Unit Link

Dia menjelaskan, jenis produk asuransi jiwa yang paling laku dalamĀ 3 bulan pertama tahun ini adalah unit link. Terjadi pertumbuhan 31,7% YoY yang berkontribusi sebesar 62,4% pada seluruh pendapatan premi tahun ini atau Rp 35,8 triliun.

"Hal ini menunjukkan bahwa unit link masih diminati masyarakat karena nasabah mendapatkan dua manfaat sekaligus, yaitu proteksi asuransi dan juga investasi dalam satu produk layanan," terangnya.

Sedangkan untuk produk asuransi tradisional, pendapatan preminya tercatat naik 23,4% YoY Rp 21,6 triliun dari Rp 17,5 triliun atau berkontribusi 37,6% pada pendapatan premi di industri asuransi jiwa.

Sementara itu, dari segi klaim dan manfaat, Ketua Bidang Keuangan, Pajak dan Investasi AAJI Simon Imanto memaparkan nilainya mencapai Rp 47,68 triliun selama Januari-Maret 2021. Terjadi kenaikan 23,5% secara tahunan dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 38,6 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Heboh Aduan Nasabah, Ternyata Unit Link Terlaris di Q1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular