Terbang 5.500%! Ini 6 Fakta Saham yang Diborong Anthoni Salim

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
04 June 2021 14:45
CEO Data Center Indonesia (DCI), Toto Sugiri
Foto: CEO Data Center Indonesia (DCI), Toto Sugiri

3. Sejarah Perusahaan

Pada 2011, DCI Indonesia resmi didirikan dan mulai membangun pusat data pertama dengan kapasitas 3 MW pada tahun 2012. Bisnis utama DCII adalah penyediaan pusat data dengan layanan infrastruktur yang aman.

Pada 2014, DCI Indonesia menjadi pusat data pertama dari Asia Tenggara yang memiliki sertifikat Tier IV Design, yang merupakan kelas terbaik, dari Uptime Institute.

DCII resmi melantai di bursa pada 6 Januari 2021 lalu, sebanyak 357,56 juta saham atau setara 15% saham perusahaan dilepas ke publik dengan harga penawaran Rp 420.

4. Sosok Toto Sugiri, Pendiri Sigma

DCII didirikan oleh Toto Sugiri, sosok yang sudah malang melintang di dunia teknologi. Toto merupakan alumni dari RWTH Aachen, salah satu kampus teknik terbaik dunia yang berlokasi di Jerman.

Sebelum mendirikan DCII, berdasarkan profil di situs perusahaan, Toto pernah berkiprah sebagai VP Information Technology di Bank Bali kemudian ikut mendirikan perusahaan software khusus perbankan, Sigma Cipta Caraka pada 1989 sebelum akhirnya diakuisisi oleh Telkom dan berganti nama menjadi Telkomsigma.

Ia juga sempat mendirikan Indonet, penyedia layanan Internet Service Provider (ISP) pertama di Indonesia sebelum akhirnya mendirikan DCII dan kini juga bertindak sebagai CEO.

Tulang punggung e-commerce dengan klien yang majemuk dari berbagai sektor

Berdasarkan laporan tahunan perusahaan, DCII mengatakan bahwa mereka melayani tujuh platform e-commerce terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan salah satu diantaranya adalah Tokopedia.

Selain e-commerce DCII juga melayani 124 pelanggan dari industri keuangan, lebih dari 30 perusahaan telekomunikasi dan lebih dari 100 pelanggan dari industri lainnya.

5. Kinerja Keuangan Naik Terus

Pendapatan, laba dan aset yang terus meningkat sejak 2017. Mengacu laporan keuangann, pada tahun 2017 DCII mencatatkan pendapatan sebesar Rp 127,47 miliar dan terus naik setiap tahun hingga terakhir di 2020 pendapatan perusahaan terus naik menjadi Rp 759,36 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) berada di angka 81%. Aset perusahaan meningkat 3,5 kali lipat dari 2017 ke akhir tahun 2020.

Selain pendapatan dan aset, laba bersih perusahaan juga ikut meningkat setiap tahunnya, pada 2020 laba DCII tercatat meningkat 71,7% menjadi Rp 183,14 miliar dari tahun sebelumnya di angka Rp 106,63 miliar. Sejak tahun 2017 laba bersih perusahaan mengalami pertumbuhan dengan CAGR 57%.

6. Bidik Pusat Data Asia Pasifik

Perseroan menyatakan ingin menangkap pasar pusat data Indonesia dan Asia Pasifik. Pusat data memang jadi 'mutiara' bisnis baru. Seperti yang dikatakan oleh matematikawan dan pengusaha asal Inggris Clive Humbly "data is the new oil", pasar pusat data semakin berkembang setiap tahun.

Meskipun begitu, pasar di Indonesia masih relatif kecil jika dibandingkan pemain-pemain lain di regional Asia Pasifik.

Misalnya, kapasitas pasar data Tokyo mencapai 718 MW, Singapura berada di angka 357, Sydney mendekati 300 MW dan Hong Kong memiliki kapasitas data 283 MW.

Indonesia jauh tertinggal dengan besaran pasar diperkirakan sebesar 50 MW dan diperkiran tumbuh signifikan menjadi 120 MW di 2021, berdasarkan hasil riset Structure Apex.

Pendapatan dari pasar data ini diperkiran mencapai US$ 70-90 juta menurut perkiraan Frost & Sullivan.

Selain itu jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang dengan internet economy gross merchandise value (GMV) mencapai US$ 44 miliar merupakan pasar yang belum tersentuh sempurna dan yang ingin diambil oleh DCII.

Selain itu CEO dan Pendiri DCII Toto Sugiri, melalui video yang diunggah di kanal YouTube resmi perusahaan, mengatakan bahwa seharusnya kapasitas pusat data Indonesia lebih besar. Hal ini mengingat jumlah penduduk yang lebih banyak harusnya memiliki korelasi yang positif.

Ini karena jumlah pengguna internet dan sosial media yang sangat banyak di Indonesia. Ia berasumsi bahwa saat ini pemain internasional seperti Facebook dan Google menyimpan data di Singapura yang berhasil menempatkan diri menjadi regional center.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular