
Meroket 3 Hari Dibeli Anthoni Salim, Awas DCII Profit Taking!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten penyedia layanan pusat data, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), baru saja diborong oleh pengusaha kesohor Indonesia, Anthoni Salim, Direktur Utama dan CEO Grup Indofood.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Anthoni Salim kini tercatat memiliki 11,12% saham perusahaan teknologi ini.
Generasi kedua Grup Salim ini membeli 192,74 juta saham DCII dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,01 triliun. Transaksi pembelian ini dilakukan pada 31 Mei 2021 dengan harga Rp 5.277/saham dengan total jumlah saham baru yang dibeli sejumlah 192,74 juta.
Sebelumnya Anthoni Salim telah menguasai 72,29 juta saham DCII atau 3,03% dari total saham, dan setelah pembelian baru ini kepemilikan saham Bos Indofood ini mencapai 265 juta saham.
Anthoni Salim menjelaskan bahwa tujuan transaksi ini adalah untuk investasi di bidang teknologi dengan status kepemilikan saham secara langsung.
Pada hari yang sama ketika Anthoni Salim menambah kepemilikan sahamnya di DCII, tiga investor DCII melepas kepemilikan saham mereka dengan tujuan yang sama yakni untuk melakukan divestasi kepada strategic partner (investor).
Total saham yang dilepas oleh ketiga investor tersebut mencapai 164,43 juta saham dengan nominal angka penjualan sama dengan angka pembelian yang dilakukan oleh Anthoni Salim di Harga Rp 5.277/saham.
Ketiga pemegang saham tersebut adalah Djarot Subiarto yang melepas seluruh kepemilikan sahamnya sebanyak 18,66 juta saham, Marina Budiman yang melepaskan 89,58 juta saham dan Han Arming Hanafia yang melepas 56,18 juta saham miliknya.
Data BEI mencatat, saham DCII langsung ditutup meroket 20% di Rp 19.800/saham pada perdagangan Kamis kemarin (3/6/2021).
Nilai transaksi mencapai Rp 1,06 miliar dengan volume perdagangan masih rendah, 54.000 saham. Namun kapitalisasi pasar emiten milik pengusaha tech Toto Sugiri ini mencapai Rp 47,20 triliun.
Tim Riset CNBC Indonesia merangkum pergerakan harga saham DCII yang meroket dalam 3 hari perdagangan terakhir.
Pada Jumat lalu (28/5), saham DCII ditutup di level Rp 11.475/saham, kemudian pada Senin (31/5), saham DCII juga melesat dan ditutup di Rp 13.750/saham, lalu pada Rabu (2/6), sahamnya melesat lagi menjadi Rp 16.500/saham dan berlanjut pada Kamis kemarin naik di Rp 19.800/saham.
Pergerakan saham DCII sebetulnya sudah mendapatkan 'peringatan' BEI sejak perusahaan ini tercatat di papan bursa. BEI bahkan sempat menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham emiten data center ini pada Selasa (19/1/2021).
Suspensi saham ini sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham DCII, sehingga perlu dilakukan suspensi dalam rangka cooling down.
Saham DCII tercatat di BEI pada pada Rabu 6 Januari 2021, menjadi emiten kedua tahun ini saat itu.
DCII melepas sebanyak 357,56 juta saham baru yang setara dengan 15% dari modal disetor dan ditempatkan perseroan, dengan harga penawaran sebesar Rp 420/saham.
Dengan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) ini, perseroan meraih dana sebesar Rp 150,17 miliar. Saham DCII dicatatkan di papan pengembangan.
Saat debut perdana melantai di pasar modal di Rabu itu, saham DCII terpantau naik 25% atau 105 poin ke level Rp 525/saham alias tembus batas atas auto rejection (ARA).
Saat itu nilai kapitalisasi pasarnya baru Rp 1,25 triliun dengan price to earnings ratio (PER) sebesar 11,75 kali, sementara saat ini PER-nya tembus 68,6 kali. PT Buana Capital Sekuritas bertindak selaku penjamin pelaksana emisi efek.
Kini, per Kamis kemarin (3/6), kapitalisasi pasarnya Rp 47,20 triliun, dengan PER 257 kali. Dengan kenaikan ini, maka saham DCII sudah meroket 4.614%.
CEO DCI Indonesia, Toto Sugiri, dalam konferensi pers saat IPO di Januari mengatakan, langkah perusahaan masuk BEI melalui IPO merupakan bagian dari strategi perseroan.
Ia optimistis, prospek bisnis data center yang digeluti perseroan di tengah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sedang melesat, ditambah teknologi cloud yang tumbuh secara eksponensial, yang telah mendorong permintaan terhadap fasilitas data center hyperscale di Indonesia akhir-akhir ini.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Surprise! Bos Indofood Anthoni Salim Borong Saham DCII Rp 1 T
