
Miris! Ramayana-Matahari Babak Belur, Giant Tutup Permanen

Ketika tiga raksasa ritel fashion babak belur, gerai ritel makanan pun tertekan sebagaimana dialami PT Hero Supermarket Tbk (HERO). HERO menyatakan akan menutup seluruh gerai Giant mulai akhir Juli 2021 mendatang.
Tidak hanya itu, sebagai strategi bertahan perseroan juga akan mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA sebagai langkah strategis perusahaan.
"Perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket," kata Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo, dalam keterbukaan informasi di BEI, Selasa (25/5/2021).
Menurut Hardianus Wahyu, strategi ini merupakan respons perusahaan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar, terlebih terkait beralihnya konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena tersebut juga terjadi di pasar global.
"Rencana ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan. Perubahan strategi ini merupakan respons cepat dan tepat perseroan," katanya.
Bila dilihat dari sisi fundamental, kinerja keuangan HERO pada tahun 2020 masih cukup tertekan.
Hal ini terlihat dari kerugian tahun berjalan 2020 yang lebih dalam sebesar Rp 1,21 triliun, bengkak 4.203% dibanding tahun sebelumnya rugi bersih Rp 28,21 miliar.
Anjloknya kerugian bersih ini tercermin dari pendapatan bersih HERO sepanjang tahun 2020 yang mengalami penurunan sebesar 26,98% menjadi Rp 8,89 triliun dari sebelumnya Rp 12,18 triliun.
Penurunan terbesar terjadi di segmen penjualan makanan sebesar 32,67% menjadi Rp 6,05 triliun. Sedangkan, penjualan di segmen non makanan juga turun hampir 11 persen menjadi Rp 2,84 triliun.
Sementara itu, meski beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 6,49 triliun dari sebelumnya Rp 8,73 triliun, laba kotor perseroan tetap lebih kecil dari sebelumnya yakni Rp 2,39 triliun dari Rp 3,44 triliun.
Adapun beban usaha mengalami sedikit peningkatan menjadi Rp 3,55 triliun dari sebelumnya Rp 3,48 triliun.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor ritel masih belum bangkit dari pandemi. Penutupan Giant diproyeksikan layaknya fenomena gunung es yang bakal terus terjadi ke depannya.
"Kenyataannya kita lihat, Aprindo menghitung tahun 2020 setiap hari bahwa tutup hampir 5-6 toko, di 2021 tutup 1-2 toko," jelas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandeydalam Closing Bell CNBC Indonesia,Selasa (25/5/21).
[Gambas:Video CNBC]