
Pasar Menanti Rilis Suku Bunga Acuan, Yield SBN Ditutup Turun

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (24/5/2021), seiring dari masih menurunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Senin waktu AS.
Mayoritas SBN acuan ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini, ditandai dengan penurunan yield-nya. Hanya SBN bertenor 15 tahun dan 25 tahun yang hari ini masih dilepas oleh investor dan mengalami kenaikan yield.
Yield SBN berjatuh tempo 15 tahun dengan seri FR0088 naik sebesar 0,8 basis poin (bp) ke level 6,333%. Sedangkan SBN bertenor 25 tahun dengan kode FR0067 juga turun sebesar 2,1 bp ke level 7,527%. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara turun sebesar 6,7 bp ke posisi 6,452%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
The April Chicago Fed National Activity index, indeks yang melacak aktivitas ekonomi secara keseluruhan dan tekanan inflasi periode April tahun ini akan keluar pada pukul 08:30 waktu AS.
Namun, fokus investor pekan ini adalah pada indeks pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure index/PCE) periode April. Indeks tersebut adalah salah satu indikator yang mengukur inflasi, di mana indeks PCE tersebut akan dirilis pada Jumat (28/5/2021).
Meningkatnya inflasi telah menjadi perhatian pasar di AS maupun global. Pasar khawatir bahwa hal itu mungkin memaksa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneternya ultra longgarnya.
Sementara itu dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan dimulai pada hari ini hingga Selasa (25/5/2021) dan keputusan dari RDG tersebut akan diumumkan besok dimana para pelaku pasar tentunya akan memantau keputusan suku bunga acuan.
Konsensus pasar memprediksi Perry Warjiyo dkk. masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5% yang merupakan level terendah sepanjang sejarahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sambut Stimulus AS dan 'Deal' Brexit, Harga SBN Menguat
