Tiga Hari Jelang Lebaran, Harga SBN Kompak Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 May 2021 19:23
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Senin (10/5/2021), setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) periode April 2021 yang dirilis pada Jumat (7/5/2021) akhir pekan lalu dan hasilnya kurang memuaskan.

Seluruh SBN acuan kembali dikoleksi oleh investor, ditandai penurunan imbal hasilnya (yield). Penurunan yield terbesar terjadi di SBN bertenor 15 tahun dengan kode FR0088 yang turun sebesar 4,2 basis poin (bp) ke level 6,331%, sedangkan penurunan terkecil terjadi di SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan seri FR0067 yang turun tipis 0,1 bp ke 7,503%.

Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara melanjutkan penurunan sebesar 3,9 bp ke 6,404%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) kembali mengalami kenaikan pada perdagangan akhir pekan lalu. Berdasarkan data dari situs World Government Bond, yield Treasury AS naik tipis sebesar 0,4 basis poin k ke level 1,574% dari sebelumnya di level 1,57%.

Kenaikan tipis yield Treasury kemungkinan dipicu oleh data ketenagakerjaan AS yang kurang memuaskan. Pada akhir pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan ada 266.000 tenaga kerja baru pada April dengan angka pengangguran 6,1%.

Sementara itu, angka tenaga kerja baru sebulan sebelumnya (Maret) yang semula di angka 916.000 ternyata harus direvisi menjadi 770.000. Kedua angka tersebut jauh lebih buruk dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan ada 1 juta slip gaji baru dengan angka pengangguran 5,8% atau membaik dari sebelumnya 6%.

Berbekal data tersebut, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi masih akan melanjutkan kebijakan moneter longgar yang sekarang diberlakukan. Pelaku pasar sebelumnya khawatir dengan risiko inflasi yang bakal terjadi.

Jika kebijakan moneter AS tetap longgar, maka ekspektasi pasar terkait meningginya inflasi akan kembali terjadi dan membuat yield Treasury berpotensi kembali naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sambut Stimulus AS dan 'Deal' Brexit, Harga SBN Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular