
Rupiah Sedang Perkasa, tapi Sulit Taklukkan Poundsterling

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang perkasa pada perdagangan Senin (10/5/2021), dolar Amerika Serikat (AS) dibuat jeblok hingga lebih 1% di awal perdagangan. Tetapi, melawan poundsterling rupiah masih susah payah untuk menguat, dan masih di kisaran Rp 20.000/GBP.
Melansir data Refinitiv, poundstering pagi tadi sempat jeblok 0,71% ke Rp 19.810,36/GBP, tetapi kemudian berbalik menguat 0,52% ke Rp 20.054,83/GBP. Pada pukul 14:07 WIB, poundsterling nyaris stagnan di Rp 19.952,56/GBP. Sementara melawan dolar AS, poundsterling menguat 0,64% ke US$ 1,4061 di pasar spot.
Sulitnya rupiah menaklukkan poundsterling sebab perekonomian Inggris di tahun ini diprediksi akan mencatat pertumbuhan tertinggi sejak Perang Dunia II.
Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) memprediksi di tahun ini perekonomian Inggris akan tumbuh 7,25%, jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi yang diberikan bulan Februari lalu sebesar 5%. Selain itu, pertumbuhan 7,25% akan menjadi yang tertinggi sejak 1941.
Kebangkitan ekonomi yang cukup signifikan, sebab pada tahun 2020 lalu perekonomian Inggris mengalami kontraksi 9,8%, menjadi yang terburuk dalam 300 tahun terakhir.
Selain itu, dalam pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, BoE menyatakan mengurangi program pembelian obligasinya (quantitative easing/QE), tetapi hal tersebut ditegaskan bukan merupakan tapering (pengurangan stimulus).
BoE mengumumkan mengurangi nilai QE per pekan dari US$ 4,4 miliar pound menjadi US$ 3,4 miliar pound.
"Keputusan ini jangan diintepretasikan sebagai perubahan kebijakan moneter," kata Gubernur BoE Andrew Bailey sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (6/7/2021).
Kebijakan QE bank sentral Inggris sedikit berbeda dengan bank sentral AS (The Fed). Nilai QE BoE sudah ditetapkan nilainya sejak awal, sementara The Fed bersifat open-ended. Secara sederhana kebijakan QE open-ended nilainya tak terhingga, sehingga ketika nilai pembeliannya dikurangi dikatakan sebagai tapering.
"Ini bukan tapering. Kita tidak melakukan open-ended QE, kita menetapkan jumlah QE dan kita tidak mengubahnya," kata Bailey.
Nilai QE BoE saat ini sebesar 875 miliar poundsterling, dalam rapat kebijakan kemarin hasil voting menunjukkan 8 dari 9 anggota dewan setuju nilai QE tetap dipertahankan. Hanya 1 anggota, Andy Haldane yang juga kepala ekonom BoE yang memilih nilai QE dikurangi sebesar 50 miliar poundsterling.
Jika dibandingkan dengan The Fed, nilai QE per bulannya sekitar US$ 120 miliar dan masih terus dilakukan sampai perekonomian dianggap lepas dari krisis. Nilai QE tersebut akan terus bertambah sampai The Fed memutuskan untuk mengurangi nilainya (tapering) hingga akhirnya dihentikan, hal itu disebut open-ended QE.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Next Article Diborong Spekulan, Kurs Poundsterling Menuju Rp 20.000/GBP
