Diborong Spekulan, Kurs Poundsterling Menuju Rp 20.000/GBP

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 February 2021 16:55
Bank of England governor Mark Carney poses with a new polymer five pound note at Whitecross Street Market in London, Britain September 13, 2016. REUTERS/Stefan Wermuth/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Stefan Wermuth)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (19/2/2021) hingga mendekati Rp 20.000/GBP. Sementara melawan dolar Amerika Serikat (AS) poundsterling berada di level tertinggi nyaris 3 tahun terakhir.

Pada pukul 14:48 WIB, GBP 1 setara Rp 19.573,37, poundsterling menguat 0,88% di pasar spot melansir data Refinitiv. Di waktu yang sama, melawan dolar AS, poundsterling berada di level US$ 1,3877 menguat 0,04%. Meski penguatan melawan dolar AS tipis, tetapi level tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2018.

Penguatan poundsterling tersebut terjadi di saat para spekulan menambah posisi bullish-nya. Para spekulan maupun pelaku pasar akhirnya mulai bullish terhadap pounsterling sejak awal 2020.

Posisi net long (beli bersih) tersebut sejak saat itu terus meningkat hingga saat ini. Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commision (CFTC) per 9 Februari, kontrak net long poundsterling mencapai 21.100, menjadi yang tertinggi dalam nyaris 1 tahun terakhir.

Ada 3 faktor utama yang membuat poundsterling menguat, yang pertama tidak terjadinya hard Brexit di awal tahun ini, setelah Inggris dan Uni Eropa mencapai kesepakatan dagang dan beberapa kesepakatan lainnya.

Sehingga, outlook perekonomian Inggris untung jangka panjang menjadi lebih baik. Sebelumnya hard Brexit atau keluarnya Inggris tanpa kesepakatan apapun merupakan ketakutan terbesar para pelaku pasar karena dikhawatirkan akan membuat perekonomian Inggris merosot.

Kemudian yang kedua, optimism terhadap vaksinasi yang dilakukan. Pasar melihat cepatnya vaksinasi virus corona yang dilakukan akan membuat perekonomian Inggris segera pulih.

Hingga saat ini, Negeri Ratu Elizabeth sudah memvaksin 15,6 juta orang.

"Poundsterling mendapat keuntungan dari vaksinasi. Ekspektasi ekonomi akan segera pulih terus menopang penguatan poundsterling," kata Neil Jones, kepala ahli strategi valas di Mizuho Bank, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (18/2/2021).

Selain itu, semakin kecilnya kemungkinan diterapkannya suku bunga negatif menjadi faktor ketiga yang mendongkrak kinerja poundsterling.

Dalam laporan yang dirilis oleh bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), menunjukkan industri perbankan perlu waktu setidaknya 6 bulan untuk mengetahui bagaimana merespon suku bunga negatif.

Hal tersebut membuat pasar yakin suku bunga negatif tidak akan diterapkan, sebab peluang perekonomian Inggris bangkit semakin besar saat vaksinasi dilakukan secara agresif.

"Suku bunga negatif kemungkinan tidak akan diterapkan dalam 6 bulan ke depan akibat adanya risiko operasional. Sementara dalam enam bukan ke depan, pemulihan ekonomi Inggris akan cukup bagus di kuartal II-2020," tulis ahli strategi valas ING, Fransesco Pesole dan Petr Krpata dalam catatannya kepada klien sebagaimana dikutip Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular