
Rupiah Terpuruk! Kurs Poundsterling Tembus Rp 20.000/GBP

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat cukup tajam melawan rupiah pada perdagangan Selasa (9/3/2021) hingga menembus Rp 20.000/GBP. Capital outflow yang terjadi di dalam negeri memberikan tekanan bagi rupiah. Sementara itu cepatnya vaksinasi virus corona di Inggris, membuat para spekulator memborong poundsterling.
Melansir data Refinitiv, poundsterling pada perdagangan hari ini melesat 0,86% ke Rp 20.007,86/GBP di pasar spot, melanjutkan penguatan 0,3% kemarin.
Capital outflow terjadi di pasar saham hari ini. Data pasar menunjukkan investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 490 miliar di perdagangan sesi I. Sementara awal pekan kemarin net sell tercatat Rp 414 miliar.
Selain itu, capital outflow kemungkinan besar juga terjadi di pasar obligasi, sebab yield Surat Berharga Negara (SBN) melesat naik. Yield SBN tenor 10 tahun hari ini naik 9,4 basis poin ke 6,851%, kemarin juga naik 13,2 basis poin.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, saat yield naik artinya harga sedang turun, begitu juga sebaliknya. Ketika harga sedang turun, artinya sedang terjadi aksi jual, yang bisa menjadi indikasi capital outflow.
Sementara itu dari Inggris, hingga saat ini vaksinasi sudah dilakukan terhadap 21 juta orang. Jumlah tersebut paling banyak dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, kehidupan di Inggris pun berangsur-angsur kembali normal. Sebagai langkah awal menuju kehidupan normal, Inggris sudah mulai membuka sekolah pada Senin kemarin.
Dengan kondisi tersebut, perekonomian Inggris diperkirakan akan pulih lebih cepat. Alhasil para spekulator memborong poundsterling.
Reuters melaporkan, berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commision (CFTC) posisi long (beli) pounsterling pada pekan yang berakhir 2 Maret berada di level tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Tingginya posisi long tersebut mengindikasikan para pelaku pasar melihat kurs poundsterling akan terus menanjak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
