
Sepekan Galau, Bagaimana Harga Minyak Mentah Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah (crude oil) mengalami pergerakan yang fluktuatif dalam sepekan. Setelah sempat menanjak pada pertengahan pekan, harga minyak ambles pada hari setelahnya. Namun, koreksi tersebut berhasil diperkecil, setelah harga minyak kembali naik pada perdagangan Jumat lalu (7/5/2021).
Harga minyak mentah yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka masing-masing menguat dibanding posisi penutupan Kamis lalu. Harga kontrak Brent naik 0,28% dipatok di US$ 68,28/barel dan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) terangkat 0,29% di US$ 64,90/barel.
Dalam sepekan kontrak Brent terapresiasi sebesar 1,53%, sementara WTI naik tipis 0,02%.
Sentimen negatif sepekan ini datang dari India, seiring kasus Covid-19 di negeri itu terus meledak.
Sabtu di pekan sebelumnya (30/4) kasus infeksi bertambah lebih dari 400.000 dalam sehari.Pelaku pasar masih diresahkan oleh kabar penyebaran virus Corona yang semakin ganas di India.Rumah sakit membludak, tenaga medis kewalahan, pasokan tabung oksigen menipis, dan sebagainya.
Adapun sentimen positif yang mengimbangi sentimen negatif di atas ialah terkait kabar pelonggaran aktivitas di negara-negara barat.
Kenaikan harga ini didukung oleh prospek kenaikan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat dan Eropa. Negara bagian New York, New Jersey dan Connecticut akan memulai pelonggaran.
Sementara itu Uni Eropa juga berencana untuk membuka diri terhadap lebih banyak turis asing yang telah divaksinasi.
"Ini akan meningkatkan perjalanan liburan ke daerah pesisir, serta meningkatkan mobilitas di kota-kota besar," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS di akhir April bakal turun 2 juta barel. Namun kenyataannya penurunan yang terjadi lebih tajam.
Asosiasi industri yang tergabung dalam American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS anjlok hingga 7,7 juta barel pada akhir April lalu. Angka tersebut terbilang fantastis karena tiga kali lebih besar dari perkiraan analis maupun menjadi penurunan mingguan terbesar sejak Januari lalu.
Data API tersebut juga dikonfirmasi oleh data resmi pemerintah yakni Badan Informasi Energi (EIA) AS.Stok minyak mentah AS turun lebih dari yang diharapkan minggu lalu karena produksi kilang naik dan ekspor melonjak.Hal tersebut disampaikan EIA kemarin.
Persediaan minyak mentah turun 8 juta barel pada 30 April menjadi 485,1 juta barel. Sementara itu stok bensin AS naik 737.000 barel dalam minggu ini. Angka tersebut lebih tinggi dibanding perkiraan pasar yang memprediksi adanya penurunan 652.000 barel.
Analis dari Commonwealth Bank of Australia mengatakan bahwa permintaan di AS terbilang kuat dengan tingkat utilitas kilang AS sekarang di atas rata-rata lima tahun, sebagaimana diwartakan Reuters.
Analis Commonwealth Bank juga mengatakan permintaan bahan bakar jet AS diperkirakan akan melonjak sebesar 30% pada kuartal kedua dibandingkan dengan kuartal pertama karena peningkatan perjalanan domestik.
Pembatasan terkait pandemi di Amerika Serikat dan sebagian Eropa sudah mulai berkurang, tetapi infeksi masih terus meningkat di negara-negara Asia yang menjadi importir minyak mentah terutama di India dan Jepang yang pada akhirnya membatasi kenaikan harga.
Selain dari Negeri Paman Sam, sentimen positif juga datang dari Negeri Panda, China. Meskipun impor minyak mentah China turun 0,2% (yoy) di bulan April menjadi 9,82 juta barel per hari (bph) dan menandai impor terendah sejak bulan Desember, tetapi peningkatan ekspor dan ekspansi sektor jasa China cukup menjadi katalis positif untuk harga si emas hitam menguat.
Ekspor China tercatat naik 32,3% (yoy) di bulan April. Angka tersebut jauh melampaui estimasi analis yang hanya memperkirakan peningkatan sebesar 24% saja. Jika dibanding dengan bulan Maret lalu yang hanya 30% (yoy) nilai ekspor dalam unit dolar AS China di bulan April juga masih lebih tinggi.
Sementara itu dari sektor jasa indeks PMI Jasa versi Caixin/Markit naik ke 56,3 dan merupakan level tertinggi sejak bulan Desember tahun lalu ketika pembacaannya berada di level 54,3.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kartel' Opec+ Jadi Penyelamat, Harga Minyak Bisa Naik 2%
