
'Kartel' Opec+ Jadi Penyelamat, Harga Minyak Bisa Naik 2%

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren penguatan harga minyak dunia terus berlanjut pada perdagangan pekan ini. Walaupun sempat terkoreksi tipis, namun hal itu tidak merusak tren penguatan yang tercipta sejak akhir Januari 2021 lalu.
Pada perdagangan akhir pekan ini (12/2/2021), harga kontrak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) sama-sama menguat 2,11%. Brent menguat ke level US$ 62,43/barel sedangkan WTI menguat ke posisi US$ 59,47/barel.
Harga si emas hitam kembali menguat setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) merilis data stok minyaknya untuk periode pekan lalu. Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat stok minyak Negeri Adikuasa pada pekan yang berakhir 5 Februari 2021 anjlok 6,6 juta barel.
Sesuatu yang sangat tidak disangka, karena konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ada kenaikan 985.000 barel.
"Level harga minyak saat ini sudah cukup sehat. Kenaikan harga disebabkan oleh penurunan pasokan, sementara kenaikan permintaan masih perlu pembuktian," ujar Bjornar Tonhaugen, Analis di Rystad Energy, seperti dikutip dari Reuters.
Kenaikan harga minyak memang ditopang oleh komitmen para kartel yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi sebesar 7 juta barel per hari (bph). IEA melaporkan sejak produksi OPEC+ diturunkan Mei lalu, stok minyak global turun 300 juta barel.
Proyeksi OPEC+ stok minyak global akan kembali terpangkas sebesar 82 juta barel di kuartal pertama ini. Tentu saja ini menjadi katalis positif untuk harga minyak di tengah upaya untuk melakukan vaksinasi Covid-19 yang sudah dimulai sejak awal tahun.
Harga juga ditopang oleh pemulihan ekonomi yang mulai terlihat terutama di kawasan Asia. Keberhasilan China sebagai salah satu importir minyak mentah terbesar di dunia mengendalikan wabah Covid-19 membuat pemulihan permintaan menjadi cerah.
Ekonomi China bangkit terlebih dahulu ketika negara-negara lain terjerembab ke jurang resesi. Ekonom dan analis meyakini pola pemulihan ekonomi Negeri Panda akan membentuk kurva 'V'.
Geliat ekonomi China membuat permintaan minyak terkerek naik. Selain China, permintaan minyak juga ikut terdongkrak oleh negara dengan populasi besar lain yaitu India.
Pemulihan permintaan minyak lebih ditopang oleh negara-negara di kawasan Asia mengingat negara Barat masih sibuk dengan karantina wilayah (lockdown) yang membatasi mobilitas publik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! Harga Minyak Galau bin Labil, Ini Biang Keroknya