
Harga Minyak Mentah Melesat Lagi, Kini Tembus US$ 70/Barel

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah masih melanjutkan penguatannya pada pekan ini, di mana pada pekan sebelumnya harga minyak mentah juga mulai menguat.
Pelaku pasar masih cukup bullish memandang prospek minyak mentah ke depan meskipun risiko turun (downside risks) masih terus membayangi.
Harga minyak kontrak Brent melesat 3,25% dibanding posisi penutupan pekan lalu ke US$ 71,89/barel. Sedangkan untuk minyak kontrak West Texas Intermediate (WTI) meroket 4,98% ke US$ 69,62/barel pekan ini.
Survei yang dilakukan Reuters terhadap 45 pelaku pasar menunjukkan ramalan harga minyak di tahun ini terus direvisi naik. Survei bulanan yang dimulai pada bulan kesepuluh tahun lalu menunjukkan bahwa rata-rata harga Brent masih diperkirakan di US$ 50/barel.
Di bulan Mei pelaku pasar semakin bullish terhadap prospek permintaan minyak sehingga merevisi naik perkiraan rata-rata harga Brent tahun ini menjadi US$ 64,79/barel, meningkat dari bulan sebelumnya di US$ 64,17/barel.
Jika dibandingkan dengan bulan Oktober tahun lalu maka ada revisi naik sebesar US$ 15/barel atau setara dengan sebesar 30%. Revisi naik ramalan tersebut senada dengan harga kontrak futures Brent sudah naik 38,5% sepanjang 2021.
![]() Ramalan Harga Minyak |
Organisasi negara eksportir minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) memperkirakan permintaan minyak untuk tahun 2021 bakal meningkat sebanyak 6 juta barel per hari (bph) atau sekitar 6% dari permintaan global sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Vaksinasi corona (Covid-19) yang terus digalakkan di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara barat membuat optimisme pemulihan ekonomi dan konsumsi minyak dunia membaik.
Baik dari Badan Energi International (International Energy Agency/IEA) maupun OPEC memprediksi permintaan minyak bakal konsisten mengalami kenaikan dari kuartal kedua sampai kuartal keempat.
Namun, bagaimanapun prospek pemulihan masih cenderung tak seragam. Negara-negara barat yang maju seperti Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan perbaikan pada ekonominya.
Episentrum wabah Covid-19 yang bergeser ke Asia membuat prospeknya menjadi lebih suram. Ini yang juga menjadi tantangan bagi pemulihan permintaan minyak global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Imbas Kenaikan Harga Minyak Nabati, CPO Tembus Rekor