Analisis

Ritel Masih Bonyok, Ini Fakta Jeroan Q1 Matahari-Ramayana dkk

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
04 May 2021 09:10
Matahari Department Store
Foto: Matahari Department Store (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Tidak berbeda, emiten ritel pengelola gerai Matahari, LPPF, juga masih membukukan rugi bersih mencapai Rp 95,35 miliar pada kuartal I-2021. Rugi bersih ini membengkak 1,49% dari periode yang sama tahun lalu yang juga rugi bersih Rp 93,95 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan LPPF, rugi bersih itu terjadi di tengah penurunan pendapatan pengelola gerai Matahari Departement Store ini.

Total pendapatan bersih turun 25,16% menjadi Rp 1,16 triliun pada 3 bulan pertama tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,55 triliun.

Pada tahun lalu, LPPF mengalami rugi bersih sebesar Rp 873,18 miliar. Terakhir kali LPPF mengalami rugi bersih secara tahunan, yakni pada 2008-2009.

Sementara, secara kuartalan, rugi bersih pada akhir Maret 2021 melanjutkan tren rugi bersih sejak akhir Maret tahun lalu.

Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, Matahari berencana menutup 13 gerainya pada tahun ini. Mengacu pada laporan kuartalan, hingga Q1-2021, perusahaan mengoperasikan 147 gerai, jumlahnya sama dengan posisi 31 Desember 2020. Jumlah itu terbagi di Sumatera 28, Jawa 86, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku 28 dan wilayah lainnya 5 gerai.

Dari 147 gerai tersebut terdapat 124 gerai reguler dan 23 gerai dalam pengawasan. Sementara itu selama Q1, masih ada 10 gerai yang dalam pengawasan untuk kemungkinan ditutup.

Pandemi Covid-19 masih membawa dampak negatif bagi LPPF. Manajemen mengakui, kendati aktivitas masyarakat perlahan meningkat, berlanjutnya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak pada jumlah kunjungan pelanggan dan jam operasional yang belum kembali seperti pada masa pra-pandemi.

Hypermart dkk yang Terus Buntung

Seperti 'saudaranya Lippo-nya', kinerja Matahari Putra Prima atau MPPA dalam 4 tahun belakangan tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Pasalnya, sejak 2017 MPPA terus mengalami rugi bersih.

Terbaru, pengelola gerai Hypermart dan Hyfreshini membukukan rugi bersih Rp 405,31 miliar pada 2020. Angka ini berkurang 27% dari rugi bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp 552,68 miliar.

Adapun pada 2018 MPPA juga mencatatkan rugi, yakni sebesar Rp 898,27 miliar, sementara tahun 2017 emiten ini menanggung rugi Rp 1,24 triliun. Pendapatan usaha MPPA pun menyusut dari Rp 8,64 triliun pada 2019 menjadi Rp 6,75 triliun pada tahun lalu.

Lantas bagaimana dengan kinerja saham di pasar modal?

Apabila menyimak gerak saham ritel di atas, kendati kinerja keuangan emitennya jeblok, mayoritas saham ritel mencatatkan kinerja yang ciamik.

Sebut saja, saham MPPA berhasil melonjak 125,16% dalam sebulan belakangan. Sementara, secara year to date (ytd) 'terbang' 676,19%. Begitu pula dengan LPPF yang melesat 17,54% dalam sebulan dan sejak awal tahun terdongkrak 31,37%.

Saham HERO, yang perusahaannya terus menanggung rugi, juga bisa tumbuh 6,25% dalam sebulan terakhir dan 12,65% secara ytd. Tercatat, hanya saham RALS yang terkoreksi, yakni sama-sama merosot 1,94% dalam sebulan dan secara ytd.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular