
Gokil juga nih! Dolar Australia Capai Level Tertinggi 7 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat cukup tajam melawan rupiah sepanjang April, melanjutkan kinerja positif dua bulan sebelumnya.
Dolar Australia bahkan mencapai level tertinggi nyaris 7 tahun terakhir. Kesuksesan meredam penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), perekonomian yang mulai pulih, serta harga komoditas yang menanjak membuat dolar Australia melesat.
Melansir data Refinitiv, sepanjang bulan April dolar Australia menguat 1,02% ke Rp 11.141,9/AU$, dengan level tertinggi di Rp 11.332,31/AU$. Level tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juni 2014, dan tidak jauh dari rekor termahal sepanjang masa 11.422,4/AU$.
Australia menjadi salah satu negara yang sukses meredam penyebaran Covid-19, hingga saat ini total kasus positif kurang dari 30.000 orang, dengan 910 orang meninggal dan lebih dari 28 ribu yang sembuh. Kasus aktif di Australia saat ini hanya 261 orang, berdasarkan data Worldometer.
Selain itu, sejak 3 Januari lalu, jumlah kasus baru per harinya tidak pernah lebih dari 40 orang.
Kesuksesan meredam penyebaran Covid-19 tersebut membuat perekonomian Australia kembali menggeliat. Data-data ekonomi pun menunjukkan perbaikan.
Biro Statistik Australia di awal bulan April melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret turun menjadi 5,6% dari bulan Februari 5,8%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020 lalu.
Penurunan tingkat pengangguran tersebut bahkan terjadi saat partisipan di pasar tenaga kerja melonjak tajam. Tingkat partisipan dilaporkan sebesar 66,3%, menjadi yang tertinggi sejak tahun 1978.
Selain itu, sepanjang bulan Maret perekonomian Negeri Kanguru mampu menyerap 70.700 tenaga kerja, dua kali lipat dari prediksi pasar sebanyak 35.200 tenaga kerja.
Kemudian, Westpac Banking Corp. melaporkan sentimen konsumen Australia bulan April naik ke 118,8 dari bulan sebelumnya 111,8.
Indeks sentimen konsumen menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Di atasnya berarti optimisme, sementara di bawah 100 berarti pesimisme. Artinya, konsumen di Australia kini semakin optimis menatap perekonomian.
Kepala ekonom Westpac, Bill Evans, mengatakan rilis tersebut "luar biasa", mengingat saat survei dilakukan pada 5 sampai 10 April lalu banyak kabar kurang sedap. Salah satunya adalah vaksinasi yang kurang lancar.
"Survei tersebut menjadi indikasi konsumen akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang di atas tren pada tahun 2021," kata Evans, sebagaimana dilansir bandt.com.au, Rabu (14/4/2021).
Data-data lainnya juga menunjukkan perbaikan, hanya data inflasi yang masih lemah.
Inflasi di kuartal I-2021 turun 0,6%, dari kuartal IV-2020 tumbuh 0,9%. Inflasi di Australia kini sudah turun dalam 2 kuartal beruntun.
Rilis data inflasi tersebut membuat dolar Australia memangkas penguatan di bulan April. Inflasi menjadi salah satu acuan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) dalam menetapkan kebijakan moneter.
Rilis data inflasi tersebut sekaligus mengkonfirmasi pernyataan bank sentral Australia jika inflasi masih rendah dalam beberapa waktu ke depan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2024.
"Kebijakan moneter yang ditetapkan saat ini terus membantu perekonomian dengan bunga pinjaman yang murah," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebagaimana dilansir News.com.au, Selasa (2/3/2021).
Lowe juga mengatakan suku bunga masih akan tetap rendah sampai inflasi mencapai target 2% sampai 3%.
"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual secara substansial berada di dalam rentang 2% sampai 3%," kata Lowe.
Selain data ekonomi, dolar Australia merupakan salah satu mata uang yang pergerakannya memiliki korelasi positif yang kuat dengan harga komoditas. Sebab pendapatan negara Australia sangat besar dari ekspor komoditas.
Ekspor utama Australia yakni bijih besi, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor, sehingga ketika harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor. Di tahun ini, harga bijih besi sedang tinggi-tingginya yang membuat dolar Australia makin perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
