Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Rupiah Hijau Tipis-tipis

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2021 15:33
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di perdagangan pasar spot, rupiah stagnan saja.

Pada Jumat (30/4/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.453. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah finis di zona hijau. Kala penutupan perdagangan, US$ 1 dihargai Rp 14.440/US$, menguat tipis 0,03%.

Meski hanya menguat tipis, nasib rupiah lebih baik ketimbang mayoritas mata uang utama Asia yang melemah di hadapan dolar AS. Hanya rupiah, yen Jepang, dan peso Filipina yang mampu menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:20 WIB:

Halaman Selanjutnya --> Sebulan Teraniaya, Akhirnya Dolar Bangkit Juga

Apa boleh buat, dolar AS memang bangkit setelah 'tiarap'. Pada pukul 14:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%.

Mata uang Negeri Paman Sam memang punya potensi untuk berbalik arah. Sejak awal bulan ini, Dollar Index sudah terkoresi lebih dari 2,7%. Dolar AS yang sudah 'murah' tentu jadi menarik di mata investor.

Dolar AS diperkirakan masih dalam tren kebangkitan sampai pekan depan. Penguatan dolar AS akan ditopang oleh data ketenagakerjaan.

Akhir pekan depan, US Bureau of Labor Statistics akan mengumumkan data penciptaan lapangan kerja dan angka pengangguran April 2021. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan perekonomian AS menciptakan 925.000 lapangan kerja non-pertanian. Jika terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2020.

Sementara angka pengangguran pada April 2021 diperkirakan berada di 5,8%. Ini bakal menjadi yang terendah sejak Maret 2020.

Perekonomian AS yang terus membaik akan menciptakan tekanan inflasi. Saat laju inflasi terakselerasi, maka ada kemungkinan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan sehingga membuat aset-aset berbasis dolar AS menjadi lebih menarik.

"Dollar Index kemungkinan akan rebound dalam beberapa hari ke depan. Ini akan didorong oleh data non-farm payroll pekan depan," sebut riet Westpac.

Namun, Westpac memperkirakan keperkasaan dolar AS tidak bertahan lama. Pasalnya, seperti yang kerap disampaikan oleh Ketua The Fed AS Jerome 'Jay' Powell, belum saatnya untuk bicara perubahan posisi (stance) kebijakan moneter karena ekonomi Negeri Stars and Stripes masih jauh dari kata sembuh.

"Sekarang belum saatnya untuk mendiskusikan soal perubahan kebijakan. Lapangan kerja masih 8,5 juta di bawah posisi Februari 2020. Kita masih jauh dari tujuan, perlu waktu," tegas Powell dalam jumpa pers usai rapat bulanan edisi April 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular