Tsunami Corona India Bikin Rupee dan Bursa Saham Sengsara!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 April 2021 11:20
Seorang pasien COVID-19 duduk di dalam mobil dan bernapas dengan bantuan oksigen yang disediakan oleh Gurdwara, rumah ibadah Sikh, di New Delhi, India. (AP / Altaf Qadri)
Foto: Seorang pasien COVID-19 duduk di dalam mobil dan bernapas dengan bantuan oksigen yang disediakan oleh Gurdwara, rumah ibadah Sikh, di New Delhi, India. (AP / Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di India begitu menyayat hati. Virus corona menyebar dengan cepat dan luas sehingga menyebabkan tragedi kesehatan dan kemanusiaan dalam skala masif.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Negeri Bollywood per 28 April 2021 adalah 17.997.267 orang. Bertambah 360.960 orang dari hari sebelumnya.

Ini adalah rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak pandemi virus corona melanda India. Tidak hanya itu, tambahan pasien positif 360.090 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi di seluruh negara, belum pernah terjadi di tempat lain.

Dalam 14 hari terakhir (15-29 April 2021), rata-rata tambahan pasien baru setiap harinya adalah 294.532 orang. Melonjak tajam dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 123.178 orang per hari. Terlihat kurva kasus melengkung ke atas dengan sangat curam.

"Situasinya sangat mencekam, buruk sekali. Semua orang takut, semuanya. Kalau saya bicara dengan orang lain, mungkin saya tidak akan bertemu lagi dengan mereka besok," kata Manoj Garg, seorang warga New Delhi, sebagaimana diwartakan Reuters.

Rumah sakit pun kebanjiran pasien. Tidak sedikit di antara mereka yang tidak kebagian tempat tidur sehingga harus dirawat di luar, apakah itu di mobil, becak, atau tidur di sembarang tempat.

A patient breathes with the help of oxygen provided by a Gurdwara, Sikh place of worship, inside a car in New Delhi, India, Saturday, April 24, 2021. India’s medical oxygen shortage has become so dire that this gurdwara began offering free breathing sessions with shared tanks to COVID-19 patients waiting for a hospital bed. They arrive in their cars, on foot or in three-wheeled taxis, desperate for a mask and tube attached to the precious oxygen tanks outside the gurdwara in a neighborhood outside New Delhi. (AP Photo/Altaf Qadri)Foto: Seorang pasien bernapas dengan bantuan oksigen yang disediakan oleh sebuah tempat ibadah Gurdwara, Sikh, di dalam sebuah mobil di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. (AP / Altaf Qadri)

"Gelombang serangan saat ini sangat berbahaya. Lebih mudah menular dan mereka yang terinfeksi sulit untuk sembuh dengan cepat. Dalam kondisi seperti ini, ruang perawatan darurat akan sangat dibutuhkan," tegas Arvind Kejriwal, Menteri Urusan Delhi, seperti dikutip dari Reuters.

Mohammad Shameem, seorang petugas pemakaman, menyebut bahwa belum lama ini masih banyak ruang kosong. Namun sekarang hampir tidak ada.

"Awalnya masih ada ruang, tetapi sekarang tidak lagi. Kalau kami menemukan celah kecil, maka di situlah kami akan menggali," kata Shaneem kepada Reuters.

Per 28 April 2021, total pasien meninggal akibat serangan virus corona di India mencapai 201.187 orang. Bertambah 3.293 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi sejak awal pandemi.

Dalam dua minggu terakhir, rata-rata pasien meninggal bertambah 2.078 orang per hari. Naik tajam dibandingkan rerata dua pekan sebelumnya yaitu 686 orang setiap harinya.

Halaman Selanjutnya --> Dampak Ekonomi Mulai Terasa

'Kegilaan' virus corona di India adalah sebuah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun kemudian menjalar ke aspek ekonomi.

"Kasus harian Covid-19 di India naik 11 kali lipat dalam tujuh pekan terakhir, membuat apa yang terjadi Brasil dan Amerika Serikat (AS) tidak ada apa-apanya. Ini menjadi tantangan bagi mata uang rupee," tulis Radhika Rao, Ekonom DBS, dalam risetnya.

Sejak awal bulan ini, rupee melemah 1,85% di hadapan dolar AS. Dalam bulan terakhir, depresiasinya lebih dari 2%.

Tekanan juga terasa di bursa saham India. Dalam sebulan terakhir, indeks Sensex terkoreksi nyaris 1%.

Di sektor riil, perlambatan pun terasa. Aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) pada Maret 2021 berada di 55,4. Turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 57,5.

"Setelah mengawali 2021 dengan kuat, sektor manufaktur kehilangan momentum pada Maret. Produksi, pemesanan baru, dan pembelian barang input memang masih meningkat, tetapi lajunya melambat.

"Survei menunjukkan bahwa dunia usaha menilai permintaan akan terbatas seiring peningkatan kasus Covid-19. Dengan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat dan lockdown di sejumlah negara bagian, dunia usaha sepertinya akan menghadapi periode yang menantang pada April," sebut Pollyane De Lima, Economics Associates Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Jika situasi tidak kunjung membaik, maka krisis kesehatan dan kemanusiaan akibat lonjakan kasus corona di India bisa menyebabkan krisis sosial-ekonomi. Saat ekonomi 'mati suri', maka lapangan kerja akan menyusut dan ini bisa menimbulkan dampak yang serius yaitu keresahan sosial (social unrest).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular