Bos OJK: Ekonomi Membaik, tapi Laju Kredit Masih Terkontraksi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
29 April 2021 09:48
Dok. Instagram Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso
Foto: Dok. Instagram Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, perekonomian global dan domestik mulai menunjukkan perbaikan dengan berbagai indikator seperti aktivitas industri manufaktur, perekonomian rumah tangga dan penjualan retail yang mulai meningkat.

Namun demikian, perbankan, sebagai salah satu motor penggerak perekonomian sampai dengan Maret ini masih terkontraksi sebesar 3,77% secara tahunan (year on year/yoy).

"Kredit pada Maret 2021 tercatat tumbuh Rp 77,3 triliun mtm [month to month] yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 11 bulan terakhir, walau secara yoy masih terkontraksi 3,77 persen," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam keterangan resmi yang disampaikan Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo, Kamis (29/4/2021).

Secara sektoral, kredit sektor pengolahan dan sektor perdagangan meningkat signifikan masing-masing Rp22,02 triliun mtm dan Rp 16,40 triliun mtm.

Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 2,38 persen mtm atau 9,49 persen yoy.

OJK juga mencatat, laju suku bunga kredit terus menurun sehingga diharapkan bisa meningkatkan permintaan kredit dari sektor usaha.

Suku bunga kredit sektor konsumsi turun dari 10,95% (Desember 2020) menjadi 10,90 pada Maret 2021. Pada posisi yang sama kredit modal kerja turun dari 9,27% menjadi 9,12%. Kredit investasi turun dari 8,83% menjadi 8,73%.

Sementara itu, industri asuransi tercatat menghimpun premi asuransi pada Maret 2021 sebesar Rp 25,4 triliun (asuransi jiwa: Rp 16,3 triliun; asuransi umum dan reasuransi: Rp 9,1 triliun).

Fintech P2P (peer to peer) lending pada Maret 2021 mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp 19,04 triliun atau tumbuh sebesar 28,7 persen yoy.

Piutang perusahaan pembiayaan pada Maret 2021 masih terkontraksi sebesar 19,6 persen yoy.

Sementara itu, hingga 27 April 2021, jumlah penawaran umum yang dilakukan emiten di pasar modal mencapai 45, dengan total nilai penghimpunan dana mencapai Rp47,07 triliun.

Dari jumlah penawaran umum tersebut, 12 di antaranya dilakukan oleh emiten baru. Dalam pipeline saat ini terdapat 74 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp 63,82 triliun.

Dari sisi profil risiko, Maret 2021 rasio NPL gross perbankan tercatat sebesar 3,17 persen dengan NPL net 1,02%. Sedangkan, rasio NPF perusahaan pembiayaan Maret 2021 turun menjadi 3,7% dari Februari sebesar 3,9%.

Sementara itu, likuiditas perbankan berada pada level yang memadai. Rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK per 21 April 2021 terpantau masing-masing pada level 162,69 persen dan 35,17%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.

Rasio kecukupan modal perbankan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan tercatat sebesar 24,18%. Risk-Based Capital industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 667% dan 348%, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120%. Begitupun gearing ratio perusahaan pembiayaan yang sebesar 2,03%, jauh di bawah batas maksimum 10%.

Anto menjelaskan, OJK tetap melakukan sinergi dengan pemerintah dalam memperluas akses pembiayaan kepada UMKM melalui peningkatan ekosistem digitalisasinya.

"Ke depan, OJK secara berkelanjutan melakukan asesmen terhadap keberhasilan proses restrukturisasi yang dilakukan oleh lembaga jasa keuangan termasuk memperhitungkan kecukupan langkah mitigasi dalam menjaga kestabilan sistem keuangan," ungkapnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bankir-bankir Kopi Darat, Ini Sederet Curhatan ke Bos OJK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular