Yield Treasury Sentuh 1,6% Lagi, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 April 2021 18:09
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Rabu (28/4/2021), seiring dari sikap wait and see investor menanti komentar dari bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait dengan inflasi.

Mayoritas SBN acuan kembali dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield-nya. Namun, penurunan yield masih terjadi di SBN bertenor 1 tahun dan 25 tahun, sehingga kedua tenor SBN tersebut masih dikoleksi oleh investor pada hari ini

Yield SBN bertenor 1 tahun dengan kode FR0061 turun 1,8 basis poin (bp) ke level 3,818%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan seri FR0067 juga turun 1,9 bp ke 7,544%. Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara kembali naik sebesar 4,6 bp ke posisi 6,499%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Tren kenaikan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali terjadi dan sudah terjadi selama tiga hari beruntun. Berdasarkan data dari situs World Government Bond pada pukul 17:16 WIB, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 2 basis poin ke level 1,645% dari sebelumnya di level 1,625%.

Yield Treasury kembali menyentuh level 1,6%, jelang pengumuman hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan diumumkan pada Rabu (28/4/2021) waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pelaku pasar global memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter, tetapi mereka menanti apakah komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan mengubah nada kebijakannya terkait dengan inflasi.

Sebelumnya, Powell berulang kembali menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya meski pertumbuhan ekonomi serta inflasi di AS naik lebih tinggi ketimbang prediksi. The Fed diprediksi masih akan menerapkan kebijakan suku bunga di level 0,25% dan pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Cari Aman, Harga SBN Naik di Tengah Lonjakan Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular