Miris! Sempat Cuan, Emiten Ritel Ponsel Kini 'Berdarah-darah'

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
28 April 2021 10:15
Bermain Gawai handphone ponsel
Foto: Bermain Gawai (REUTERS/Hannibal Hanschke)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja keuangan mayoritas emiten ritel telepon seluler (ponsel) benar-benar tertekan sepanjang tahun lalu. Selain akibat pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan fisik dan membuat orang-orang menahan konsumsi, perubahan preferensi berbelanja masyarakat di era online ini juga tampaknya ikut mempengaruhi penjualan emiten-emiten tersebut.

Bahkan, untuk terus bertahan, beberapa emiten akhirnya melakukan diversifikasi bisnis dan produk, mulai dari menjual peralatan komputer hingga bisnis gaya hidup seperti sneaker dan mesin kopi.

Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara singkat kinerja empat emiten ritel ponsel yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Keempat emiten yang dimaksud ialah, PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO), PT Global Teleshop Tbk (GLOB), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Kendati demikian, khusus Smartfren juga tak hanya peritel ponsel tapi juga masuk sektor operator telekomunikasi.

Dari empat emiten di atas, tiga di antaranya membukukan kinerja jeblok alias rugi bersih sepanjang 2020, adapun satu emiten mencatatkan peningkatan laba bersih yang signifikan.

Pertama, Trikomsel Oke yang kembali mengalami rugi bersih yakni Rp 272,13 miliar. Angka ini lebih dalam dari rugi bersih tahun 2019 yang sebesar Rp 103,63 miliar.

Seiring dengan itu, TRIO pun mengalami penurunan pendapatan 48,85% menjadi Rp 494,47 miliar secara tahunan (year on year/yoy).

Apabila menilik lebih rinci, penurunan pendapatan TRIO terjadi di semua segmen. Segmen penyumbang pendapatan terbesar, yakni penjualan ponsel ambles dari Rp 797,31 miliar menjadi Rp 441,158 miliar. Penjualan voucher isi ulang pun anjlok menjadi Rp 34,26 miliar dari Rp 138,31 miliar.

Menarik, pada tahun lalu, ada segmen penjualan mesin dan peralatan kopi yang mencatatkan pendapatan Rp 9,38 miliar. Pada 2019, segmen ini belum mencatatkan pendapatan di laporan keuangan perusahaan.

Memang, apabila menyimak paparan publik (public expose) perusahaan, manajemen TRIO mengakui pandemi Covid-19 sangat berdampak pada bisnis perusahaan seiring banyak pusat perbelanjaan ditutup.

Untuk menekan biaya dan demi efisiensi, pada awal 2020 TRIO menggabungkan seluruh kegiatan operasional toko di bawah satu entitas anak, PT Trio Distribusi, dengan fokus di pulau Jawa.

Selain itu, untuk menambal penurunan pendapatan dari toko offline, sepanjang tahun lalu perusahaan mencoba memaksimalkan penjualan secara online melalui marketplace, media sosial dan database pelanggan melalui www.oke.com.

Adapun strategi lainnya, saat ini Trikomsel berfokus pada produk-produk dengan margin tinggi, produk menengah dan mendukung kebijaka New Normal serta memiliki perputaran penjualan yang cepat. Salah satunya ialah dengan menambah product range Smart-Edu-Toys yang dijual di 101 outlet Shop-in-Shop.

Tidak hanya itu, perusahaan masih akan melakukan penghematan dan mencari investor baru untuk meningkatkan kinerja perseroan.

GLOB Menderita

Situasi yang sama juga terjadi pada sang anak usaha, Global Teleshop alias GLOB.

Pendapatan GLOB sepanjang tahun lalu ambles 87,14% menjadi Rp 30,67 miliar. Adapun rugi bersih tercatat semakin dalam, yakni menjadi Rp 50,61 miliar, dari Rp 39,73 miliar pada akhir 2019.

Lebih rinci, pendapatan andalan dari segmen kartu perdana & voucher isi ulang dan telepon seluler anjlok drastis. Pada 2019, penjualan kartu perdana sebesar Rp 107,35 miliar, tetapi pada akhir 2020 ambles menjadi Rp 16,97 miliar.

Penjualan telepon seluler pun terjun bebas menjadi Rp 4,04 miliar, dari tahun sebelumnya Rp 128,94 miliar. Adapun penjualan komputer dan notebooks nihil sepanjang 2020.

Tapi ada yang menarik, pada tahun lalu ada pendapatan dari penjualan mesin dan peralatan kopi senilai Rp 9,38 miliar dan penjualan biji kopi sebesar Rp 167,35 juta. Sebelumnya, pendapatan ini tidak ada di laporan keuangan.

Ini menunjukkan, penjualan mesin dan peralatan kopi yang tercantum di laporan keuangan TRIO disumbang oleh GLOB.

Informasi saja, setelah pengelolaan toko offline diserahkan ke sister company alias anak usaha TRIO lainnya, PT Distribusi pada paruh pertama 2020 lalu, GLOB akhirnya berupaya mengalihkan fokus usaha ke bisnis gaya hidup, seperti penjualan sneaker, mesin dan peralatan kopi, minuman herbal dan jual-beli tas bekas bermerk terkenal.

Adapun strategi bisnis tahun ini, GLOB akan terus fokus meningkatkan penjualan handphone dan aksesoris secara online, terutama di marketplace, sebagai tambahan dari penjualan offline.

Di samping itu, GLOB juga akan terus mendongkrak penjualan di bisnis gaya hidup dan di bidang jasa perbaikan peralatan komputer, telekomunikasi dan sejenisnya.

NEXT: Masih Adakah Harapan?

Tidak berbeda, saham emiten Grup Sinarmas, Smartfren (FREN), juga masih 'berdarah-darah'. FREN membukukan kerugian bersih Rp 1,52 triliun sepanjang tahun 2020.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan Smartfren, Kamis (4/3/2021), perolehan kerugian bersih tersebut sedikit membaik dari tahun 2019 yakni sebesar Rp 2,18 triliun.

Praktis, sudah hampir 12 tahun atau sejak 2008, FREN tak pernah mencatatkan "angka biru" pada kinerja laba bersih.

Padahal sepanjang tahun lalu, FREN ini mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp 9,40 triliun, meningkat 34,63% dibanding tahun 2019 sebesar Rp 6,98 triliun.

Peningkatan pendapatan ini ditopang oleh penjualan jasa komunikasi di bidang data yang meningkat menjadi Rp 8,63 triliun dan jasa komunikasi non-data yang sebesar Rp 345,79 miliar.

Adapun, satu-satunya emiten yang mencatatkan kenaikan laba bersih ialah Erajaya (ERAA).

ERAA membukukan laba bersih entitas induk sebesar Rp 612 miliar pada tahun 2020. Perolehan tersebut meningkat 107,45% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 295,06 miliar.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan manajemen ERAA, sepanjang tahun 2020, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 34,11 triliun atau naik 3,54% dari sebelumnya Rp 32,94 triliun.

Rinciannya, penjualan bersih ini disumbang dari meningkatnya penjualan telepon selular dan tablet menjadi Rp 26,03 triliun dari tahun sebelumnya Rp 25,64 triliun.

Produk operator memberi kontribusi terhadap pendapatan sebesar Rp 4 triliun. Sementara itu, komputer dan peralatan elektronik lainnya serta aksesoris memberikan andil masing-masing sebesar Rp 1,55 triliun dan Rp 2,53 triliun.

Dalam menghadapi Pagebluk, selain memaksimalkan toko offline dan optiasi portofolio produk ponsel, ERAA juga merambah pasar online dengan melalui toko online Eraspace.com.

Tim Riset CNBC Indonesia akan sedikit membahas gerak saham emiten ritel ponsel dalam sebulan dan Ytd.

Berdasarkan data di atas, tiga saham mencatatkan kinerja yang tergolong oke.

Adapun saham GLOB memang ambles 31,18% dalam sebulan belakangan, tetapi secara Ytd saham ini sudah meroket 114,68% sehingga tampak anomali dengan kinerja keuangan yang buruk.

Sementara, saham TRIO sudah disuspensi selama 22 bulan. Dengan demikian, saham ini terancam akan didelisting atau dihapus oleh bursa setelah mencapai 24 bulan pada 17 Juli 2021.

Sebagai catatan, menurut Peraturan Bursa Nomor I-I, BEI dapat menghapus saham perusahaan tercatat, pertama, mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha emiten dan emiten yang bersangkutan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

Kedua, saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular