
Miris! Sempat Cuan, Emiten Ritel Ponsel Kini 'Berdarah-darah'

Tidak berbeda, saham emiten Grup Sinarmas, Smartfren (FREN), juga masih 'berdarah-darah'. FREN membukukan kerugian bersih Rp 1,52 triliun sepanjang tahun 2020.
Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan Smartfren, Kamis (4/3/2021), perolehan kerugian bersih tersebut sedikit membaik dari tahun 2019 yakni sebesar Rp 2,18 triliun.
Praktis, sudah hampir 12 tahun atau sejak 2008, FREN tak pernah mencatatkan "angka biru" pada kinerja laba bersih.
Padahal sepanjang tahun lalu, FREN ini mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp 9,40 triliun, meningkat 34,63% dibanding tahun 2019 sebesar Rp 6,98 triliun.
Peningkatan pendapatan ini ditopang oleh penjualan jasa komunikasi di bidang data yang meningkat menjadi Rp 8,63 triliun dan jasa komunikasi non-data yang sebesar Rp 345,79 miliar.
Adapun, satu-satunya emiten yang mencatatkan kenaikan laba bersih ialah Erajaya (ERAA).
ERAA membukukan laba bersih entitas induk sebesar Rp 612 miliar pada tahun 2020. Perolehan tersebut meningkat 107,45% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 295,06 miliar.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan manajemen ERAA, sepanjang tahun 2020, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 34,11 triliun atau naik 3,54% dari sebelumnya Rp 32,94 triliun.
Rinciannya, penjualan bersih ini disumbang dari meningkatnya penjualan telepon selular dan tablet menjadi Rp 26,03 triliun dari tahun sebelumnya Rp 25,64 triliun.
Produk operator memberi kontribusi terhadap pendapatan sebesar Rp 4 triliun. Sementara itu, komputer dan peralatan elektronik lainnya serta aksesoris memberikan andil masing-masing sebesar Rp 1,55 triliun dan Rp 2,53 triliun.
Dalam menghadapi Pagebluk, selain memaksimalkan toko offline dan optiasi portofolio produk ponsel, ERAA juga merambah pasar online dengan melalui toko online Eraspace.com.
Tim Riset CNBC Indonesia akan sedikit membahas gerak saham emiten ritel ponsel dalam sebulan dan Ytd.
Berdasarkan data di atas, tiga saham mencatatkan kinerja yang tergolong oke.
Adapun saham GLOB memang ambles 31,18% dalam sebulan belakangan, tetapi secara Ytd saham ini sudah meroket 114,68% sehingga tampak anomali dengan kinerja keuangan yang buruk.
Sementara, saham TRIO sudah disuspensi selama 22 bulan. Dengan demikian, saham ini terancam akan didelisting atau dihapus oleh bursa setelah mencapai 24 bulan pada 17 Juli 2021.
Sebagai catatan, menurut Peraturan Bursa Nomor I-I, BEI dapat menghapus saham perusahaan tercatat, pertama, mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha emiten dan emiten yang bersangkutan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.
Kedua, saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)[Gambas:Video CNBC]
