
Bulan Puasa Nih, Saham Syariah BTPS Cs Makin Menarik

Kinerja fundamental, yang tercermin dari laba bersih, menjadi berkah dalam perhitungan valuasi saham perusahaan terbuka. Sebagaimana diketahui, laba bersih merupakan denominator atau pembagi rasio PE. Semakin tinggi pertumbuhan laba bersih bank, makin rendah pula rasio PE.
Jika rasio profitabilitas keempat bank itu dibandingkan, BTPN Syariah menjadi yang terbaik pada tahun lalu, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 854,6 miliar. Hebatnya, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) menjadi yang terendah, di level 1,91%.
Sebagai perbandingan, laba bersih BRI Syariah hanya sebesar Rp 248 miliar pada periode yang sama sementara laba bersih Bank Aladin cuma Rp 58,5 miliar. NPF keduanya sudah melampaui angka 3%. Sementara itu, NPF Bank Aladin tercatat nol, karena tahun lalu (per September 2020) tak menyalurkan pembiayaan baru selain piutang murabahah sebesar Rp 66 juta.
Kuatnya laba bersih BTPN Syariah dicapai bahkan setelah perseroan mengantisipasi risiko di masa pandemi Covid-19, dengan memperkuat pencadangan (provision) sepanjang 2020 menjadi Rp 850 miliar, atau nyaris 3 kali lebih besar dari pencadangan tahun 2019. Padahal, beberapa bank justru nekad mengurangi provisi demi mendongkrak laba bersih.
Kinerja yang solid tersebut membuat perseroan diganjar kenaikan peringkat (rating) korporasi. Pada 18 November 2020, PT Fitch Ratings Indonesia menaikkan peringkat jangka panjang nasional BTPN Syariah dari AA+ (stabil) menjadi AAA (stabil). Menurut Fitch, rating AAA merupakan kasta tertinggi peringkat layak investasi (investment grade).
Kenaikan peringkat tersebut terjadi selang 4 bulan setelah bank yang terafiliasi dengan Sumitomo Mitsui Financial group (melalui Sumitomo Mitsui Banking Corporation) ini resmi menjadi bank buku III (pada 7 Juli 2020), dengan mencatatkan modal inti sebesar Rp 5,53 triliun.
Dari sisi laba bersih, terlihat juga tetap terjaga berkat pertumbuhan pembiayaan sebesar 6% menjadi Rp 9,5 triliun. Berbeda dari bank besar yang DPK-nya naik lebih tinggi dari pertumbuhan pembiayaan, DPK di BTPN Syariah hanya naik 4% ke Rp 9,8 triliun. Ini menjadi blessing in disguise di tengah likuiditas yang berlebih. Bagi bank, DPK adalah liabilitas.
Dengan demikian, berdasarkan analisis terhadapdata pasar dan neraca keuangan empat bank syariah yang melantai di bursa, terlihat bahwa BTPN Syariah (BTPS) membukukan kinerja paling solid secara fundamental dan terukur, alias paling pasti dengan risk factor yang rendah.
Per 31 Desember 2020, profil risiko Bank BTPN Syariah berada pada peringkat 2 (low to moderate) dengan tingkat kesehatan di peringkat 2 (Sehat). Peringkat ini merupakan gabungan dari penilaian berbasis Profil Risiko, Good Corporate Governance, Rentabilitas, dan Permodalan.
Namun, rasio harga sahamnya justru paling murah sehingga membuka peluang bagi value investor untuk mengoleksi saham tersebut. Pada harga sekarang di level Rp 3.030/unit, saham BTPS memiliki potential upside sekitar 40% dibandingkan dengan harga normal sebelum pandemi yang sempat menyentuh level tertingginya pada Rp 5.050 pada 27 Januari 2020.
Potensi tersebut terbuka sangat lebar mengingat kinerja positif BTPN Syariah sepanjang 2021 terus terjaga. Per Februari, bank yang dipimpin oleh Hadi Wibowo ini mencetak laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 242 miliar. Insya Allah, masih berkah..
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/dru)[Gambas:Video CNBC]