Yuk! Intip Kinerja Saham Syariah Sepanjang Tahun Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 April 2022 04:45
Bank Syariah Indonesia
Foto: Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Ramadhan tahun 1443 H atau tahun 2022 telah tiba. Sayangnya, kinerja saham perusahaan keuangan syariah di Indonesia dari awal tahun 2022 hingga Jumat pekan lalu mencatatkan koreksi.

Berikut kinerja saham keuangan syariah, termasuk bank syariah sepanjang tahun 2022.

Saham Syariah

Dari data di atas, saham PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Tbk (JMAS) dan saham bank syariah PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) menjadi saham keuangan syariah yang koreksinya cukup besar sepanjang tahun ini, yakni lebih dari 25%.

Saham JMAS pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu ditutup ambles 1,56% ke level harga Rp 126/unit. Sepanjang tahun ini, saham JMAS ambrol hingga 27,59%.

Dari data perdagangan, nilai transaksi saham JMAS pada akhir pekan lalu mencapai Rp 16,37 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 130,4 ribu lembar saham.

Sedangkan dari saham bank syariah yakni saham PNBS, pada perdagangan akhir pekan lalu juga ditutup ambrol 1,56% ke level Rp 63/unit. Sepanjang tahun ini, saham PNBS ambruk hingga 25,88%.

Dari data perdagangan, nilai transaksi saham PNBS pada akhir pekan lalu mencapai Rp 1,24 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 19,41 juta lembar saham. Investor asing pada akhir pekan lalu membeli saham PNBS sebanyak Rp 13,78 juta di pasar reguler.

Berikutnya ada saham bank syariah big cap yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), di mana pada Jumat lalu ditutup stagnan di level harga Rp 1.605/unit. Tetapi sepanjang tahun ini, harga sahamnya ambles 9,83%.

Nilai transaksi saham BRIS pada akhir pekan lalu mencapai Rp 9,99 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 6,21 juta lembar saham. Investor asing pada akhir pekan lalu memburu saham BRIS sebanyak Rp 643,4 juta di pasar reguler.

Sedangkan di posisi keempat terdapat saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), yang ditutup terkoreksi 2,3% ke level Rp 2.120/unit pada Jumat lalu. Dari awal tahun ini hingga Jumat lalu, harganya sudah merosot 7,42%.

Nilai transaksi saham BANK pada akhir pekan lalu mencapai Rp 33,82 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 15,65 juta lembar saham. Investor asing melepas saham BANK sebanyak Rp 3,99 miliar di pasar reguler.

Adapun diposisi paling minor diduduki oleh saham PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS). Saham BTPS sendiri pada akhir pekan lalu ditutup menguat 2,73% ke level Rp 3.390/unit. Namun sepanjang tahun ini, harganya tercatat koreksi 5,31%.

BTPS cukup terjaga dibandingkan dengan beberapa peers-nya. BTPS memiliki ciri khasnya alias identitas sendiri sebagai bank syariah. Sebagai informasi, hingga akhir tahun 2021, BTPS telah melayani kurang lebih 6 juta nasabah dan 4 juta di antaranya merupakan nasabah yang aktif dengan cakupan luas meliputi 241 ribu komunitas yang tersebar di lebih dari 2.600 kecamatan di Indonesia.

Sementara, nilai transaksi saham BTPS pada akhir pekan lalu mencapai Rp 8,48 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 2,5 juta lembar saham. Seperti saham BRIS, asing juga memburunya sebanyak Rp 635,13 miliar di pasar reguler.

1. PNBS

Kinerja keuangan PNBS terbilang kurang baik, pasalnya per 31 Desember 2021, PNBS mengalami rugi bersih sebesar Rp 818,11 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun 2020, PNBS masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 128,12 juta.

Hal ini karena beban operasional senilai Rp1,198 triliun, atau tertekan sebesar 915,2% dari posisi tahun 2020 yang hanya tercatat Rp 118,5 miliar.

Padahal, pendapatan setelah distribusi bagi hasil melonjak 208,1% menjadi Rp 379,18 miliar, ditopang oleh pemangkasan untuk pemilik dana investasi sebesar 40,77%, di mana kini tersisia sebesar Rp 350,78 miliar.

Sedangkan pendapatan penyaluran dana tumbuh 1,9% meniadi Rp 729,91 miliar. Bahkan, pendapatan dari bagi hasil turun 5,9% menjadi Rp 565,77 miliar.

Dari asetnya, total aset PNBS per 31 Desember 2021 naik 27,64% menjadi Rp 14,43 triliun, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 11,3 triliun.

 

2. BRIS

Berbeda dengan saham PNBS, BRIS berhasil membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,02 triliun sepanjang tahun 2021.

Laba bersih itu naik sebesar 38,45% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 2,18 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut mengerek nilai laba bersih per saham dasar BRIS dari sebelumnya Rp 53,52 per saham menjadi Rp 73,69 per saham.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, perusahaan membukukan kenaikan pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib sebesar 5,1% menjadi Rp 17,80 triliun dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 17,92 triliun.

Pos pendapatan terbesar masih ditopang dari pendapatan dari jual beli Rp 10,18 triliun. Pendapatan bagi hasil senilai Rp 4,45 triliun, pendapatan dari ijarah bersih Rp 75,21 miliar dan pendapatan usaha utama lainnya Rp 3,09 triliun.

Beban usaha tercatat naik menjadi Rp 8,78 triliun dari periode yang sama tahun 2020 senilai Rp 7,95 triliun. Adapun jumlah zakat yang disalurkan perseroan pada 2021 sebesar Rp101,68 miliar, sementara beban pajak sebesar Rp932,32 miliar. Sehingga, emiten bersandi BRIS ini membukukan laba bersih senilai Rp3,02 triliun.

Sepanjang tahun 2021, perusahaan tercatat menyalurkan pembiayaan senilai Rp 170,78 triliun, meningkat 9,29% dari tahun sebelumnya. Salah satu penopang terbesar penyaluran pembiayaan itu adalah piutang murabahah senilai Rp 101,18 triliun dan pembiayaan bagi hasil musyarakah senilai Rp 57,55 triliun.

Total aset perseroan juga meningkat dari sebelumnya Rp 239,58 triliun menjadi Rp 265,28 triliun. Dari sisi risiko pembiayaan, rasio non performing financing (NPF) berada di level Rp 2,93 persen dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai 22,09 persen.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan tercatat tumbuh sebesar 11,11 persen secara tahunan menjadi Rp 233,24 triliun.

 

3. BANK

Pada kuartal IV-2021, BANK mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 121,275 miliar. Padahal pada kuartal IV-2020, BANK sempat mencatatkan laba bersih sebesar Rp 44,868 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI), BANK meraih pertumbuhan pendapatan dari penyaluran dana naik sebesar 22% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari semula Rp 31,27 miliar di posisi 31 Desember 2020 menjadi Rp 38,29 miliar per 31 Desember 2021.

Pertumbuhan juga terjadi pada bagi hasil untuk pemilik dana investasi dengan kenaikan sebesar 23% (yoy). Nilai ini tumbuh dari sebelumnya sebesar Rp 31,19 miliar menjadi Rp38,29 miliar. Kemudian pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga tumbuh sebesar 22% menjadi Rp37,89 miliar.

Meski mencatatkan rugi bersih, tetapi total aset perseroan per 31 Desember 2021 masih mengalami kenaikan, bahkan kenaikannya juga masih cukup besar, yakni sebesar 201,24% menjadi Rp 2,17 triliun, dari sebelumnya pada 31 Desember 2020 sebesar Rp 721,39 miliar.

Sedangkan dana investasi non-profit sharing juga tumbuh sebesar 2.485% menjadi Rp 1,03 triliun. Adapun modal inti BANK juga tercatat tumbuh 62% menjadi Rp1,03 triliun per 31 Desember 2021.

 

4. BTPS

Senasib dengan BRIS, saham BTPS juga berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,46 triliun pada kuartal IV-2021 atau per 31 Desember 2021. Angka ini naik sekitar 71,35% dari periode 31 Desember 2020 yang sebesar Rp 855 miliar.

Perolehan laba ditopang oleh pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang naik sebesar 21% secara tahunan (yoy), menjadi sebesar Rp 4,27 triliun.

Di sisi lain, beban operasional lainnya menyusut dari sebelumnya pada 31 Desember 2020 sebesar Rp 2,42 triliun, menjadi Rp 2,39 triliun per 31 Desember 2021. Hal ini membuat laba operasional BTPS naik sebesar 68% menjadi Rp 1,88 triliun.

Dari asetnya, total aset BTPS naik sekitar 12,96% menjadi Rp18,56 triliun per 31 Desember 2021, dari sebelumnya pada 31 Desember 2020 sebesar Rp 16,43 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular