Bukan Gojek-Tokped, Ini 'BUMN' yang Mau IPO Terbesar Rp 15 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
15 April 2021 08:10
Dirut Garuda Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) di bidang infrastruktur dan menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel, bersiap melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia.

Target dana IPO yang dibidik diprediksi menembus US$ 1 miliar atau setara dengan nyaris Rp 15 triliun, tepatnya Rp 14,5 triliun (kurs Rp 14.500/US$).

Perkiraan itu disampaikan Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury. Pahala menegaskan IPO tak hanya dilakukan Mitratel dengan dana jumbo, melainkan juga IPO dari anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Langkah ini merupakan bagian dari rencana IPO sebanyak 13-14 BUMN dan anak usahanya hingga 4 tahun ke depan.

"Untuk 2021 akan ada dua, salah satunya adalah Mitratel kemudian adalah PGE dan penggabungan dengan geothermal lainnya dengan PLN dan Geo Dipa," kata Pahala dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Rabu (14/4/2021).

Dia mengatakan, dalam rangka IPO ini, PGE saat ini tengah berfokus untuk melakukan konsolidasi untuk menggabungkan PGE dengan PT PLN Gas & Geothermal dan PT Geo Dipa Energi (Persero) sebelum IPO dilakukan.

Penggabungan ini nantinya akan termasuk menyatukan aset geothermal baik pengelolaan wilayah kerja geothermal ataupun pembangkit geothermal.

"Dua itu yang menjadi fokus di tahun ini," imbuh dia.

Dia menyebut salah satu dari IPO ini nantinya akan menargetkan dana perolehan mencapai US$ 1 miliar.

Sedangkan menurut kabar yang berkembang, IPO perusahaan pembangkit listrik energi terbarukan ini sebelumnya dikabarkan akan bisa menggalang dana setidaknya mencapai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,25 triliun.

Terkait dengan IPO Mitratel, mantan Dirut PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) ini mengatakan hal in sejalan dengan kebutuhan mobilitas data dan telekomunikasi yang terus meningkat sehingga IPO ini bisa dijadikan batu loncatan untuk mendapatkan dana pengembangan perusahaan.

"Untuk Mitratel misalnya dengan kebutuhan data saat ini dan kebutuhan mobilitas data dan telekomunikasi saat ini harus dikembangkan ke depannya, harus ketemu dua-duanya dan dana yang diperoleh dari IPO ini kita kembangkan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan ke depannya," kata dia.

Jika terealisasi, IPO Mitratel berpotensi jadi yang terbesar. Sebagai catatan, saat ini masih PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang mencatat IPO terbesar pada 2008 yakni Rp 12,24 triliun, disusul berikutnya anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 6,29 triliun pada 2010.

Sebelumnya Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Sjahrir, memberikan petunjuk bahwa akan ada 2 dari 3 perusahaan digital terbesar di Indonesia bakal IPO tahun ini. Tebakan yang paling dekat adalah Gojek dan Tokopedia, yang memang gencar disebut-sebut.

"Dua dari tiga perusahaan digabung, akan jadi sejarah IPO terbesar dalam sejarah republik. Secara size mereka tech conglomerate, dengan pihak terkait kita menjaga kepentingan saham publik minoritas, itu juga kita jaga tapi saya rasa prospek bagus. Sebagai regulator, kami melihat di bursa sangat luar biasa dan diperlukan," kata Pandu tanpa menyebutkan perusahaan teknologi yang akan IPO tersebut, dalam acara Capital Market Outlook, Senin (22/2/2021).

NEXT: Akuisisi Menara

Pada Februari silam, anak usaha Telkom Indonesia lainnya yakni PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) sudah mengumumkan finalisasi pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi kepada Mitratel.

Langkah ini sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Jual Beli Bersyarat (Conditional Sale and Purchase Agreement/CSPA) yang telah disepakati kedua pihak pada Oktober 2020.

Aksi korporasi tersebut menjadi bagian dari upaya penataan portofolio bisnis yang akan memberikan dampak positif bagi keberlangsungan dan pengembangan portofolio bisnis kedua perusahaan secara jangka panjang.

Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan Telkomsel memaknai rampungnya aksi korporasi bersama Mitratel sebagai penguat fokus perusahaan selaku leading digital telco company dalam membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat melalui tiga pilar digital yang menjadi prioritas Telkomsel, yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital service.

"Pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi ini juga diharapkan mampu mengakselerasikan penataan portofolio di dalam Telkom Group sekaligus memperkuat kolaborasi di dalam Telkom Group secara holistik," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (27/2/2021).

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menambahkan dengan selesainya proses pengalihan kepemilikan menara ini akan memperkuat basis core business perseroan secara signifikan, sehingga dapat mempertegas posisi Mitratel sebagai salah satu provider menara telekomunikasi dengan jangkauan terluas dan terbesar di Indonesia.

Pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi dari Telkomsel ke Mitratel dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Tahap pertama sudah dilaksanakan pada Oktober 2020 lalu yang melibatkan pengalihan 1.911 menara.

Kini, tahap finalisasi dilakukan dengan mengalihkan kepemilikan dari 4.139 menara, sehingga secara keseluruhan terdapat 6.050 menara telekomunikasi yang secara resmi telah dialihkan Telkomsel ke Mitratel.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular