
Aing Maung! Dolar AS 'Kesurupan'

Semakin hari dolar AS semakin sangat saja. Pada pukul 13:43 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,11%. Sejak akhir 2020 (year-to-date), indeks ini sudah naik 2,6%.
"Tema besar keperkasaan dolar AS adalah cepatnya pemulihan ekonomi di tengah vaksinasi yang impresif," tegas Tapas Strickland, Strategist di National Australia Bank, dalam risetnya.
Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak pernah bosan menyampaikan bahwa jalan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih panjang. Namun pelaku pasar tetap tidak percaya.
Kalau melihat sejumlah data ekonomi terbaru di AS, maka sebenarnya keyakinan pelaku pasar bukannya tanpa dasar. Memang tanda-tanda pemulihan ekonomi semakin nyata.
Teranyar, inflasi di tingkat produsen (Producer Price Index/PPI) pada Maret 2021 berada di 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini adalah laju tercepat sejak 2011.
Data ini mencerminkan bahwa 'api' industri di Negeri Adikuasa sudah berkobar. Pengadaan bahan baku dan barang modal meningkat karena peningkatan aktivitas produksi. Ini kemudian diterjemahkan menjadi kenaikan harga di tingkat pabrik.
Selain itu, tentu tidak ada asap kalau tidak ada api. Mana berani dunia usaha menaikkan harga kalau barangnya tidak terbeli? Keyakinan akan peningkatan permintaan membuat dunia usaha berani menaikkan harga.
Ini adalah cerminan ekonomi yang sehat. Dunia usaha mendapatkan untung, masyarakat pun bisa membeli barang dan jasa meski harganya naik karena perbaikan daya beli.
Peningkatan permintaan yang sepertinya memang di depan ini membuat risiko tekanan inflasi tidak bisa dikesampingkan. Meski The Fed berkali-kali menegaskan bahwa tekanan inflasi masih jauh panggang dari api, tetapi pelaku pasar tidak percaya. Kalau permintaan naik, masa iya tidak ada tekanan inflasi?
Halaman Selanjutnya --> Target Vaksinasi Biden Sangat Mungkin Tercapai
(aji/aji)
