Aing Maung! Dolar AS 'Kesurupan'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 April 2021 15:51
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air pun lesu di perdagangan pasar spot.

Pada Senin (12/4/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.631. Rupiah melemah 0,35% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Mata uang Merah Putih bernasib serupa di pasar spot. Kala penutupan pasar, US$ 1 setara dengan Rp 14.590 di mana rupiah terdepresiasi 0,21%.


Saat pembukaan pasar, rupiah masih bisa stagnan di Rp 14.560/US$. Namun tidak lama kemudian, rupiah meluncur ke zona merah dan ditutup di titik terlemah sejak November 2021.

Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya yuan China dan yen Jepang yang masih bisa menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:24 WIB:

Halaman Selanjutnya --> 'Api' Ekonomi AS Terus Berkobar

Semakin hari dolar AS semakin sangat saja. Pada pukul 13:43 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,11%. Sejak akhir 2020 (year-to-date), indeks ini sudah naik 2,6%.

"Tema besar keperkasaan dolar AS adalah cepatnya pemulihan ekonomi di tengah vaksinasi yang impresif," tegas Tapas Strickland, Strategist di National Australia Bank, dalam risetnya.

Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak pernah bosan menyampaikan bahwa jalan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih panjang. Namun pelaku pasar tetap tidak percaya.

Kalau melihat sejumlah data ekonomi terbaru di AS, maka sebenarnya keyakinan pelaku pasar bukannya tanpa dasar. Memang tanda-tanda pemulihan ekonomi semakin nyata.

Teranyar, inflasi di tingkat produsen (Producer Price Index/PPI) pada Maret 2021 berada di 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini adalah laju tercepat sejak 2011.

Data ini mencerminkan bahwa 'api' industri di Negeri Adikuasa sudah berkobar. Pengadaan bahan baku dan barang modal meningkat karena peningkatan aktivitas produksi. Ini kemudian diterjemahkan menjadi kenaikan harga di tingkat pabrik.

Selain itu, tentu tidak ada asap kalau tidak ada api. Mana berani dunia usaha menaikkan harga kalau barangnya tidak terbeli? Keyakinan akan peningkatan permintaan membuat dunia usaha berani menaikkan harga.

Ini adalah cerminan ekonomi yang sehat. Dunia usaha mendapatkan untung, masyarakat pun bisa membeli barang dan jasa meski harganya naik karena perbaikan daya beli.

Peningkatan permintaan yang sepertinya memang di depan ini membuat risiko tekanan inflasi tidak bisa dikesampingkan. Meski The Fed berkali-kali menegaskan bahwa tekanan inflasi masih jauh panggang dari api, tetapi pelaku pasar tidak percaya. Kalau permintaan naik, masa iya tidak ada tekanan inflasi?

Halaman Selanjutnya --> Target Vaksinasi Biden Sangat Mungkin Tercapai

Oleh karena itu, ekspektasi bahwa The Fed bisa menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan (bukan 2023) semakin besar. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan Federal Funds Rate turun 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir 2021 adalah 10,5%. Peluang ini semakin lama semakin tinggi, sebulan yang lalu hanya 4,2%.

Kalau suku bunga acuan betul-betul naik, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berbasis pendapatan tetap seperti obligasi yang sensitif terhadap suku bunga) akan ikut terangkat. So, tidak heran permintaan dolar AS melonjak.

Sementara dalam hal vaksinasi, AS juga agresif. Pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden punya target menyuntikkan vaksin ke lengan 200 juta rakyat AS dalam 100 hari pemerintahannya. Nah, 100 hari itu jatuh pada 30 April 2021.

Our World in Data mencatat total vaksin yang sudah diterima oleh rakyat AS per 10 April 2021 adalah 183,47 dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi adalah 3,11 juta dosis/hari. Jadi, target Biden sangat mungkin bisa tercapai bahkan lebih cepat.

"Berbagai data ini akan menjadi pembeda antara AS dengan negara-negaa lain di dunia. Dolar AS masih berpotensi menguat lagi pekan ini," sebut Kimberly Mundy, Strategist di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular