Mencolok Sendiri, Market Cap Bank Mandiri Naik Rp 13 T

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 April 2021 12:50
Bank Mandiri
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu, pasar saham dalam negeri kembali eksis, setelah dua pekan sebelumnya ambruk. Walaupun begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pekan lalu dengan ditutup melemah tipis 0,02% ke level 6.070,21.

Pekan lalu (5 April - 9 April), IHSG akhirnya berhasil rebound, yakni melesat 0,98% secara point-to-point.

Seiring dari suksesnya IHSG berbalik arah, maka pada pekan lalu, nilai kapitalisasi pasar 10 terbesar (big cap) kembali naik.

Berdasarkan dataBursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir pekan lalu, total dari 10 besar kapitalisasi pasar saham-sahambig capnaik tipis menjadi Rp 3.022 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten09-Apr-21No.Emiten01-Apr-21No.Emiten26-Mar-21
1Bank Central Asia/BBCA7571Bank Central Asia/BBCA7601Bank Central Asia/BBCA783
2Bank Rakyat Indonesia/BBRI5312Bank Rakyat Indonesia/BBRI5242Bank Rakyat Indonesia/BBRI576
3Telkom/TLKM3333Telkom/TLKM3363Telkom/TLKM346
4Bank Mandiri/BMRI2994Bank Mandiri/BMRI2864Bank Mandiri/BMRI297
5Unilever/UNVR2475Unilever/UNVR2535Unilever/UNVR252
6Astra/ASII2146Astra/ASII2176Astra/ASII227
7Chandra Asri/TPIA1977Chandra Asri/TPIA1987Chandra Asri/TPIA194
8Sampoerna/HMSP1598Sampoerna/HMSP1598Sampoerna/HMSP160
9Emtek/EMTK1479Emtek/EMTK1509Emtek/EMTK137
10Bank Jago/ARTO13810Bank Jago/ARTO13710Bank Jago/ARTO136

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (9/4/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas, memang masih mengalami penurunan market cap. Namun, penurunannya mulai berkurang dibandingkan dengan pekan sebelum-sebelumnya, dengan rata-rata penurunan di kisaran Rp 1 triliun - Rp 3 triliun.

Seperti pada pekan-pekan sebelumnya, posisi pertama masih diduduki oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 757 triliun atau turun sebanyak Rp 3 triliun pada pekan lalu.

Selanjutnya, di posisi kedua masih juga dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 531 triliun atau naik Rp 7 triliun.

Sedangkan untuk market cap PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada akhir pekan lalu naik signifikan sebesar Rp 13 triliun menjadi Rp 299 triliun.

Sementara untuk posisi duo saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih sama seperti pekan sebelumnya alias belum berubah posisi, di mana saham EMTK masih menduduki posisi ke-9, sedangkan saham ARTO masih di posisi ke-10.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Perdagangan pekan lalu diwarnai dengan ambruknya saham-saham konstruksi setelah disentil oleh mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan karena tumpukan utang yang menggunung.

Di sisi lain saham-saham bank mini yang sebelumnya didera auto reject bawah (ARB) berjilid-jilid, pada pekan lalu pun mulai bergeliat kembali.

Pada dasarnya sentimen untuk saham cukup positif pada pekan lalu. Baik dolar Amerika Serikat (AS) maupun imbal hasil obligasi pemerintah Paman Sam tenor 10 tahun yang sebelumnya 'kesetanan' kini mulai kalem dan seolah kehilangan taji.

Kenaikan kedua aset tersebut sempat membuat pasar saham Asia mengalami outflow sebesar US$ 3,18 miliar atau setara dengan Rp 46,1 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.500/US$.

Kenaikan imbal hasil (yield) membuat dolar yang tertekan juga bangkit. Di sisi lain membuat opportunity cost memegang aset berisiko seperti saham menjadi kurang menarik. Pasalnya yield dari obligasi pemerintah AS sudah melampaui yield dividen dari S&P 500 yang hanya 1,5% saja.

Di pasar surat berharga negara (SBN), yield tenor 10 tahun ikut menurun dari yang tadinya 6,6% menjadi 6,45%. Asing tercatat membukukan aksi beli bersih di aset pendapatan tetap Tanah Air senilai Rp 4,15 triliun pada 5-8 April 2021 menurut catatan Bank Indonesia (BI).

Namun adanya inflow ke pasar keuangan domestik sebesar lebih dari Rp 2,3 triliun tak mampu membuat rupiah menguat. Justru yang ada rupiah malah tertekan 0,28% di hadapan greenback (dolar AS) yang sejatinya sedang loyo.

Kembali ke makro, posisi cadangan devisa RI juga tergerus US$ 1 miliar lebih ke US$ 137,1 miliar dari sebelumnya mencapai US$ 138,8 muliar karena adanya pembayaran kewajiban pemerintah.

Kabar baiknya sentimen konsumen mulai membaik. Tercatat indeks keyakinan konsumen (IKK) mengalami kenaikan di bulan Maret menjadi 93,4. Padahal di bulan sebelumnya masih berada di 85,8.

Sentimen positif lain yang juga turut mengerek aset ekuitas dalam negeri pada pekan lalu adalah rilis risalah rapat bank sentral AS, The Fed. Bank sentral paling digdaya di dunia itu menyebutkan bahwa kebijakan pembelian obligasi akan tetap dilanjutkan untuk mendorong perekonomian.

Di sisi lain Dana Moneter Internasional (IMF) juga memberikan outlook perekonomian global yang lebih baik dengan menaikkan angka proyeksi pertumbuhan PDB dunia dari 5,3% menjadi 6% tahun ini. Faktor-faktor tersebut cukup mampu mendongkrak risk appetite investor untuk berburu aset-aset berisiko.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular