
Awas, Dolar AS Kian Dekat ke Rp 14.600!

Data kedua, yang semakin menegaskan bahwa konsumsi masyarakat sedang bergeliat, adalah penyaluran kredit. Pada Februari 2021, penyaluran Kredit Konsumsi oleh perbankan AS naik 7,92% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Ini adalah yang tertinggi sejak November 2017.
Peningkatan permintaan yang sepertinya memang di depan ini membuat risiko tekanan inflasi tidak bisa dikesampingkan. Meski The Fed berkali-kali menegaskan bahwa tekanan inflasi masih jauh panggang dari api, tetapi pelaku pasar tidak percaya. Kalau permintaan naik, masa iya tidak ada tekanan inflasi?
Oleh karena itu, ekspektasi bahwa The Fed bisa menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan (bukan 2023) semakin besar. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan Federal Funds Rate naik 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir 2021 adalah 10,5%. Peluang ini semakin lama semakin tinggi, sebulan yang lalu hanya 4,2%.
![]() |
Kalau suku bunga acuan betul-betul naik, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berbasis pendapatan tetap seperti obligasi yang sensitif terhadap suku bunga) akan ikut terangkat. So, tidak heran permintaan dolar AS melonjak.
Seperti Manchester City di Liga Primer Inggris yang akhir pekan lalu 'terpeleset' karena kalah dari Leeds United di kandang sendiri, akan ada momen-momen di mana dolar AS akan melemah. Namun itu hanya riak-riak kecil karena rasanya dolar AS rasanya masih seperkasa The Citizens yang walau kalah tetapi masih aman dan nyaman di puncak klasemen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
