
Awas, Dolar AS Kian Dekat ke Rp 14.600!

Well, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak pernah bosan menyampaikan bahwa jalan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih panjang dan lama. Namun pelaku pasar tetap tidak percaya. Ngeyel, ndablek, bahwa kebangkitan ekonomi sudah di depan mata, cetha wela-wela.
Kalau melihat sejumlah data ekonomi terbaru di AS, maka keyakinan pelaku pasar bukannya tanpa dasar. Memang tanda-tanda pemulihan ekonomi semakin nyata.
Pertama, inflasi di tingkat produsen (Producer Price Index/PPI) pada Maret 2021 berada di 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Ini adalah laju tercepat sejak 2011.
Data ini mencerminkan bahwa 'api' industri di Negeri Adikuasa sudah berkobar. Pengadaan bahan baku dan barang modal meningkat karena peningkatan aktivitas produksi. Ini kemudian diterjemahkan menjadi kenaikan harga di tingkat pabrik.
Selain itu, tentu tidak ada asap kalau tidak ada api. Mana berani dunia usaha menaikkan harga kalau barangnya tidak terbeli? Keyakinan akan peningkatan permintaan membuat dunia usaha berani menaikkan harga.
Ini adalah cerminan ekonomi yang sehat. Dunia usaha mendapatkan untung, masyarakat pun bisa membeli barang dan jasa meski harganya naik karena perbaikan daya beli.
Halaman Selanjutnya --> Peluang Kenaikan Suku Bunga Kian Besar
(aji/aji)
