Analisis

Punya Saham Batu Bara? Cek Dulu Head to Head PTBA-INDY dkk

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 April 2021 08:00
PT Bukit Asam/PTBA. doc PTBA
Foto: PT Bukit Asam/PTBA. doc PTBA

Berbeda dengan HRUM dan Bayan Resources (BYAN) yang membukukan kenaikan laba bersih yang signifikan, Indika Energy (INDY) dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) malah mencatatkan kinerja paling jeblok di antara emiten batu bara lainnya sepanjang tahun lalu.

INDY kembali membukukan kerugian sepanjang tahun lalu. Bahkan, kerugian perusahaan membengkak menjadi US$ 117,54 juta atau setara dengan Rp 1,64 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), dari posisi US$ 18,16 juta di sepanjang 2019.

Pendapatan perusahaan di akhir Desember 2020 tercatat sebesar US$ 2,07 miliar (Rp 29,08 triliun). Perolehan ini turun 25,35% secara tahunan dari tahun sebelumnya yang senilai US$ 2,78 miliar.

Seturut dengan itu, saham emiten yang sudah listing di bursa sejak 2008 ini juga tercatat ambles 16,18% secara YTD. Adapun kemarin, INDY ditutup melemah 1,02% ke Rp 1.450/saham.

Sementara, laba bersih ITMG melorot hingga 70% sepanjang tahun lalu di tengah pandemi Covid-19.

Laba bersih ITMGtercatat US$ 39,47 juta atau setara dengan Rp 554 miliar (kurs Rp 14.000/US$). Raihan ini ambles dari tahun sebelumnya, yakni sebesar US$ 129,47 juta atau setara dengan Rp 1,82 triliun.

Pendapatan ITMGjuga ambruk 100% menjadi US$1,185 miliar atau setara dengan Rp 16,59 triliun, dari sebelumnya US$ 1,715 miliar atau sekitar Rp 24 triliun. Pendapatan terbesar ITMG berasal dari penjualan batu bara pihak ketiga yang mencapai US$ 1,08 miliar turun tahun sebelumnya US$ 1,52 miliar.

Kemudian, pendapatan dari bahan bakar juga turun menjadi US$ 49,14 juta dari US$ 79,05 juta,sertapendapatan jasamelorot jadi US$ 2,72 juta dari US$ 3,75 juta.

Manajemen ITMG mengakui, wabah Covid-19 sangat memengaruhi permintaan global atas barang dan jasa serta komoditas mineral dan supply chain alias rantai pasokan.

Sepanjang tahun 2020 Harga Batu Bara Acuan (HBA) mengalami pelemahan sampai level terendah akibat pandemi Covid-19. Rata-rata HBA pada 2020 hanya sebesar US$ 58,17 per ton dan menjadi terendah sejak 2015.

Adapun HBA April 2021 naik 2,61%, dari Maret 2021, menjadi US$ 86,68 per ton. Harga ini naik US$ 2,21 per ton dari posisi Maret 2021 sebesar US$ 84,47 per ton.

Dilansir CNBC Indonesia pada Selasa (6/3), Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia memperkirakan produksi batu bara di Kuartal I 2021 akan lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Curah hujan yang cukup tinggi dia sebut menjadi penyebab turunnya produksi di Kuartal I tahun ini.

Kendati pada Kuartal I diproyeksikan lebih rendah, tetapi sampai akhir tahun 2021 diproyeksikan produksi batu bara bisa mencapai lebih dari yang ditargetkan pemerintah. Seperti diketahui, pada tahun ini pemerintah menargetkan produksi batu bara 550 juta ton.

Hendra bilang, produksi yang diproyeksikan bakal melebihi target disebabkan karena beberapa hal. Pertama, membaiknya perekonomian global di 2021. Kedua, proyeksi rerata harga komoditas di 2021 akan lebih baik dari 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular