Simak 9 Kabar Ini, Semoga Tak Ada April Mop Saat Cari Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 April 2021 08:29
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Akumulasi sentimen negatif turut mendorong pelemahan laju bursa saham domestik ke level psikologis di bawah 6.000 pada perdagangan Rabu kemarin (31/3/2021).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,42% ke level 5.985,52 poin dengan nilai transaksi Rp 12,13 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,03 juta kali. Investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 1,11 triliun.

Sentimen negatif tersebut antara lain bersumber dari kembali naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor 10 tahun ke level 1,746% serta kembali terdepreasiasinya Rupiah ke level Rp 14,525 per US$. Sisi lain, publik juga dikejutkan aksi serangan teroris yang terjadi di Gedung Mabes Polri Rabu petang kemarin.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis ini (1/4/2021):

1. Rugi 7,4 Triliun di 2020, Modal & Kas Waskita Karya Menguap

Sektor konstruksi memang menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Proyek-proyek konstruksi terpaksa mangkrak ketika Indonesia pertama kali kedatangan 'tamu tak diundang' Covid-19 dari Wuhan, China.

Mangkraknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor konstruksi yang padat modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar.

Meskipun demikian ada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang kerugiannya amat parah apabila dibandingkan dengan BUMN Karya lain. Adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada tahun 2020 terpaksa membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun.

Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973 sehingga ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.

2. Geber Program 1 Juta Kompor Listrik, PLN Gandeng 9 BUMN Karya

PT PLN (Persero) melakukan penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan sembilan perusahaan karya BUMN untuk penggunaan kompor listrik/induksi di 1 juta rumah yang dibangun oleh perusahaan tersebut.

Hal ini merupakan bagian dari upaya memaksimalkan penggunaan listrik guna mencapai ketahanan energi nasional.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan upaya ini merupakan upaya perusahaan untuk memaksimalkan cadangan listrik. Sehingga cadangan yang ada bisa dialihkan penggunaannya dan masyarakat bisa beralih ke kompor listrik.

"Kesepakatan dengan sembilan perusahaan jasa konstruksi ini dilakukan untuk mewujudkan kemandirian energi nasional dan mewujudkan energi bersih," kata Zulkifli dalam konferensi pers virtual, Rabu (31/3/2021).

3. Kebut Bisnis Air Minum, KRAS 'Suntik' Anak Usaha Rp 798 M

Perusahaan BUMN baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) melakukan penambahan penyertaan modal kepada anak usaha di bisnis air minum yakni PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dengan cara penyertaan modal dalam bentuk tanah.

KTI adalah anak perusahaan perseroan dengan persentase kepemilikan saham 99,99%.

"Nilai penambahan penyertaan modal seluas 2.765.437 meter persegi senilai Rp 798.427.448.000 [Rp 798 miliar]," kata Sekretaris Perusahaan KRAS Pria Utama, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (31/3/2021).

Tujuan penambahan modal ini untuk memperbaiki struktur permodalan PT KTI dalam rangka memperoleh sumber pendanaan yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan Water Treatment Plant Air Laut. Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan kinerja perseroan secara konsolidasi.

4. Nasib GGRM, Pandemi Covid Bikin Laba Tergerus 30% di 2020

Emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang tahun lalu. Menurut laporan keuangan perusahaan di keterbukaan informasi, Rabu (31/3/2021), laba bersih perusahaan tercatat ambles sebesar 29,71% menjadi Rp 7,65 triliun pada 2020, dari tahun sebelumnya sebesar Rp 10,88 triliun.

Meskipun laba bersih merosot, pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 3,58% dari Rp 110,52 triliun pada 2019, menjadi Rp 114,48 triliun pada tahun lalu.

Lebih rinci, secara segmen, sigaret kretek mesin (SKM) masih menjadi andalan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, SKM menyumbang pendapatan Rp 104,68 triliun atau 91,44% dari total pendapatan perusahaan. Kemudian, sigaret kretek tangan (SKT) membukukan Rp 8,55 triliun atau 7,47%, rokok klobot Rp 25,01 miliar atau 0,02%, kertas karton Rp 1,13 triliun atau 0,98%, dan lainnya Rp 94.75 miliar atau 0,08%.

5. Emiten Lo Kheng Hong Cetak Laba Rp 452 M Saat Pandemi Covid

Perusahaan kontraktor minyak bumi dan gas, PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatatkan kenaikan laba bersih 3,54% secara tahunan (year on year/YoY) sepanjang tahun lalu. Tercatat laba bersih perusahaan mengalami kenaikan menjadi US$ 32,27 juta (Rp 451,90 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari US$ 31,17 juta di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba per saham naik menjadi US$ 0,0323 dari sebelumnya sebesar US$ 0,0309.

Kenaikan laba bersih ini terjadi kendati perusahaan yang sahamnya juga dipegang oleh Lo Kheng Hong ini mengalami penurunan pendapatan. Pendapatan perusahaan turun 28,49% YoY menjadi sebesar US$ 340,68 juta (Rp 4,76 triliun) di 31 Desember 2020 lalu dari sebelumnya US$ 476,44 juta.

BERSAMBUNG KE HALAMAN BERIKUTNYA >>>>

6.Crossing Rp 718 M, Golden Energy Lepas Saham GEMS ke Ascend

Pemegang saham PT Golden Energy Mines Tbk (GMES) dari Grup Sinarmas yang tercatat di Bursa Singapura yakni Golden Energy and Resources Ltd. (GEAR) merealisasikan penjualan saham GEMS kepada Ascend Global Investment Fund SPC (ADSP) sebagaimana yang sudah diteken pada 12 Maret lalu.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Singapura, GER melepas 264.705.885 saham GEMS kepada Ascend Global yang dilakukan pada 30 Maret 2021. Jumlah tersebut setara 4,5% dari total kepemilikan saham GEAR atas GEMS.

Pauline Lee, Group Company Secretary GEAR, mengatakan divestasi saham emiten batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu untuk merealisasikan Sales Purchase Agreement dengan Ascend Global.

7. DMAS Cetak Laba Bersih Rp 1,4 T di 2020

Emiten pengelola lahan industri milik Grup Sinarmas, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 1,35 triliun di tahun 2020, atau naik 1% dibanding perolehan laba tahun 2019 sebesar Rp 1,33 triliun.

DMAS membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,63 triliun, turun 0,75% dari tahun sebelumnya Rp 2,65 triliun. Rinciannya, segmen industri memberikan andil paling dominan, yakni mencapai Rp 2,48 triliun atau setara 94,1%. Lainnya dari segmen usaha komersial, hunian, hotel, dan sewa, masing-masing sebesar 3,0 %, 2,1 %, 0,5%, dan 0,3% terhadap total pendapatan usaha tahun 2020.

"Sebesar 94,1% porsi pendapatan usaha tersebut dikontribusi oleh penjualan lahan industri," kata Direktur Puradelta Lestari, Tondy Suwanto, dalam keterangan resmi, Rabu (31/3/2021).

Tondy melanjutkan, sepanjang tahun 2020 perseroan membukukan pra penjualan Rp 2,39 triliun, atau tumbuh 19% dari target sebesar Rp 2 triliun. Sebagin dari pra penjualan tersebut telah dicatatkan sebagai pendapatan usaha di tahun 2020.

8. BIRD Babak Belur, Efek Covid Revenue Drop 50% & Rugi Rp 161 M

Emiten pengelola taksi, PT Blue Bird Tbk (BIRD), membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 161,35 miliar. Perolehan tersebut, berkebalikan dari laba di tahun sebelumnya senilai Rp 314,56 miliar.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, laba rugi per saham dasar anjlok menjadi minus 64 per saham dari sebelumnya laba Rp 126 per saham.

Pendapatan BIRD tahun lalu tercatat sebesar Rp 2,04 triliun atau turun hampir 50% dari tahun sebelumnya Rp 4,04 triliun. Beban langsung perseroan sebesar Rp 1,71 triliun dari sebelumnya Rp 2,95 triliun. Dengan demikian, laba bruto perseroan menjadi sebesar Rp 334,51 miliar dari sebelumnya Rp 1,09 triliun.

9. Ini Sosok Pembeli 4.200 Menara Indosat Rp 10 T

Perusahaan telekomunikasi milik Ooredoo Qatar, PT Indosat Tbk (ISAT) telah menetapkan PT EPID Menara AssetCo sebagai pembeli dari 4.200 menara telekomunikasi yang dilegonya.

Nilai penjualan ini mencapai US$ 750 juta atau setara dengan Rp 10,50 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dan menjadi transaksi terbesar di Asia saat ini. PID Menara AssetCo merupakan anak perusahaan dari Edge Point Singapura di Indonesia, yang dimiliki sepenuhnya oleh Digital Colony yang merupakan perusahaan asal Amerika Serikat.

President Director & CEO Indosat Ooredoo Ahmad Al-Neama mengatakan njualan tersebut merupakan bagian dari strategi turnaround Indosat Ooredoo, yang telah memfokuskan kembali bisnis pada produk dan layanan digital serta berupaya menciptakan nilai yang optimal dari infrastrukturnya.

"Penjualan ini akan membuka permodalan untuk membangun momentum pertumbuhan Indosat Ooredoo yang solid melalui peningkatan lebih lanjut pada kinerja jaringannya dan peluncuran solusi-solusi digital baru yang inovatif dalam rangka meningkatkan pengalaman pelanggan," kata Ahmad dalam siaran persnya, Rabu (31/3/2021).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular