Internasional

Waduh! AirAsia Rugi Rp 20 T di 2020, Saham Langsung Nyungsep

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 March 2021 16:00
FILE PHOTO: Tail of AirAsia X plane as seen at the Garuda Maintenance Facility AeroAsia in Tangerang, Indonesia, September 20, 2017. Picture taken September 20, 2017. REUTERS/Beawiharta/File Photo
Foto: AirAsia (REUTERS/Beawiharta)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham Grup AirAsia Bhd ambruk pada perdagangan Selasa (20/3/2021) di Bursa Malaysia, ambles 6,2% di paruh pertama sesi perdagangan.

Penurunan harga saham ini muncul setelah para analis menurunkan perkiraan pendapatan grup maskapai penerbangan murah asal Malaysia itu setelah perusahaan membukukan rekor kerugian di kuartal I-2021.

Affin Hwang Capital memangkas perkiraan pendapatan AirAsia untuk 2021 dan 2022, sehingga maskapai besutan Tony Fernandes itu bakal menderita kerugian bersih yang lebih besar tahun ini setelah implementasi aturan penguncian wilayah (lockdown) di sejumlah negara di kuartal pertama.

"Kami sekarang mengantisipasi AirAsia melaporkan kerugian bersih RM 92 juta [ringgit Malaysia] pada 2022 karena pemulihan yang lebih lambat dari perkiraan dalam pariwisata internasional," kata analis Isaac Chow dalam catatannya, dikutip dari Reuters.

Prediksi rugi bersih RM 92 juta itu setara dengan Rp 321 miliar (kurs Rp 3.487/ringgit).

Sementara AmInvestment Bank mengatakan dalam catatannya bahwa sangat penting bagi AirAsia untuk menopang likuiditasnya dengan cepat mengingat tingkat penggunaan cash flow tunai yang dimilikinya.

Bank investasi tersebut mengatakan meski prospek untuk industri perjalanan udara dan maskapai penerbangan mulai meningkat, AirAsia perlu mengumpulkan lebih banyak modal segar untuk kembali bangkit.

Potensi itu termasuk konversi utang menjadi saham bagi kreditor perusahaan tapi berisiko bagi pemegang saham eksisting lantaran jika AirAsia merilis saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (private placement) maka investor lama bakal terdilusi porsi sahamnya.

"Termasuk kemungkinan pertukaran utang-ke-ekuitas untuk kreditor (yang juga sangat dilutif bagi pemegang saham yang ada) untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjangnya," kata AmInvestment Bank.

Manajemen AirAsia, dalam presentasi kinerja di situs resminya menyatakan, perseroan berharap ada pemulihan kinerja unit bisnis Malaysia di kuartal pertama, tetapi kuartal berikutnya bisa tumbuh hingga 33% seiring dengan relaksasi pariwisata lintas negara.

Dalam presentasinya, AirAsia mengatakan pihaknya mengurangi penggunaan kas rata-rata sebesar 92% pada kuartal terakhir 2020, lantaran adanya dukungan berkelanjutan dari lessor (penyewa pesawat) dan perbankan untuk penangguhan kredit perusahaan.

Pada Senin (29/3/2021) AirAsia melaporkan rekor kerugian kuartalan sebesar US$ 591 juta atau setara dengan Rp 8,27 triliun (kurs Rp 14.000/US$).

Hingga kini AirAsia telah berupaya mengumpulkan dana segar hingga RM 2,5 miliar atau Rp 6,97 triliun untuk mengatasi pandemi, dan berharap bisa mendapatkan pinjaman 1 miliar ringgit dari tiga bank Malaysia.

Berdasarkan siaran persnya, tahun 2020, pendapatan AirAsia secara grup sebesar RM 3,1 miliar atau Rp 11 triliun, turun 74% dari tahun sebelumnya.

Pendapatan maskapai turun karena Grup AirAsia hanya mengoperasikan 29% dari kapasitas dibandingkan tahun 2019.

Adapun kerugian EBITDA (rugi sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) dilaporkan sebesar RM 3,2 miliar, dibandingkan dengan EBITDA positif sebesar RM 1,7 miliar pada tahun 2019.

Sementara itu, rugi bersih setelah pajak adalah RM 5,9 miliar atau Rp 21 triliun di tahun lalu, bengkak dari rugi bersih RM 283 juta atau Rp 981 miliar pada FY2019.

Di Indonesia, saham perusahaan terafiliasinya, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), masih dihentikan sementara (suspensi) perdagangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 30 Juni 2019 karena belum memenuhi ketentuan pasar modal.

Ketentuan yang dimaksud yakni free float atau ketentuan minimal saham publik 7,5%.

Data terakhir di BEI mencatat saham AirAsia Indonesia yang dimiliki publik hanya 1,59% jumlah saham yang beredar di publik (floating share).

Komposisi kepemilikan sahamnya, AirAsia Investment Ltd menggenggam 49,25% saham. Sedangkan, PT Fersindo Nusaperkasa memiliki porsi kepemilikan sebesar 49,16%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Sandi Uno 'Ngobrol' Sama Bos Airasia, Bahas Apa Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular