
Duh! AirAsia X Rugi Rp 84 T di Kuartal II-2021, Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia X Bhd (AIRX.KL) yang fokus pada penerbangan jarak jauh, mencatatkan kerugian sebesar 24,8 miliar ringgit (US$ 5,88 miliar) atau sekitar Rp 83,79 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.250 per US$ pada kuartal kedua tahun ini.
Kerugian tersebut meningkat delapan kali lipat dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 305,2 juta ringgit.
"Kenaikan tersebut disebabkan beban operasional yang meningkat, terutama dari biaya provisi untuk menutupi utang," tulis manajemen AirAsia dilansir Reuters, Selasa (28/9/2021).
Perusahaan mencatat, ini adalah kerugian kesembilan kalinya dari maskapai yang terafiliasi dengan AirAsia Group Bhd ini.
Tercatat, pada periode April sampai dengan Juni, perseroan menanggung beban biaya provisi sebesar 23,8 miliar ringgit kepada kreditornya karena gagal bayar berdasarkan ketentuan kontrak. Pada periode yang sama, pendapatan mengalami penurunan sebesar 20,9% menjadi 72,3 juta ringgit, dibandingkan 91,4 juta ringgit pada tahun sebelumnya.
Dalam keterangan yang disampaikan perusahaan kepada otoritas Bursa Malaysia, dampak dari beban provisi ini hanya sementara.
"Kewajiban kontraktual yang ketentuannya dibuat akan dibebaskan setelah berhasil menyelesaikan latihan restrukturisasi utang yang diusulkan," ungkap manajemen AirAsia.
Untuk mengurangi beban biaya operasional yang tinggi, grup maskapai berencana untuk mengoperasikan armada yang dikurangi dan mengembalikan kelebihan pesawat kepada lessor.
Perusahaan juga telah mengembalikan satu pesawat dan sedang dalam diskusi dengan lessor pesawat lain untuk mencapai ukuran armada yang optimal.
Sementara itu, diskusi mengenai pengurangan tarif sewa di masa depan sedang berlangsung, seperti juga pembicaraan dengan penyedia layanan lain untuk mengurangi biaya pemeliharaan.
Perusahaan juga berencana bertemu dengan para kreditor untuk mengusulkan skema restrukturisasi pada akhir Oktober dan mengusulkan untuk merestrukturisasi utang 64,15 miliar ringgit menjadi jumlah pokok 200 juta ringgit.
Selain itu, perusahaan juga berencana menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau rights issue dengan target perolehan dana sebesar 500 juta ringgit.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah